Tiga Provinsi Siaga Darurat Kebakaran Hutan

Riau – Detakpos – Gubernur Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan ((karhutla) dengan meningkat kekeringan di musim musim kemarau dengan prakiraan mencapai puncak  Agustus 2017.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dalam release yang diterima detakpos di Bojonegoro, Kamis (22/6/2017), menjelaskan status Siaga Darurat karhutla yaitu Provinsi Riau (24/1/2017 hingga 30/11/2017).

Untuk  Sumatera Selatan (30/1/2017 hingga 30/11/2017), dan Kalimantan Barat (1/6/2017 hingga 31/10/2017). Dengan menetapkan siaga darurat maka secara administrasi dan teknis dapat melakukan upaya kemudahan akses penerahan sumber daya dan koordinasi dengan lebih mudah dalam penanggulangan karhutla.

Daerah lain yang sering terjadi karhutla belum menetapkan siaga darurat seperti Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Papua.

Untuk mengefektifkan pencegahan dan penanggulangan karhutla, BNPB telah mengerahkan 12 helikopter water bombing dan 2 pesawat hujan buatan untuk ketiga provinsi tersebut.

Enam helicopter water bombing ditempatkan di Riau yaitu 4 heli di Pekanbaru dan 2 heli di Dumai. 6 Helikopter water bombing yang di operasikan di Riau adalah jenis Sikorsky, MI-171, MI8 MTV-1, MI-172 dan Bolkow yang memiliki kapasitas 600 – 4.000 liter.

Di Sumatera Selatan dioperasikan 3 helikopter water bombing jenis MI-17 dan Bolkow, dan 2 pesawat terbang Casa 212 untuk hujan buatan. Operasi hujan buatan telah digelar di Sumatera Seelatan sejak 8/6/2017. Setiap hari awan-awan potensial di atas sekitar Sumatera Selatan disemai dengan bahan NaCl untuk dijatuhkan menjadi hujan.

Sedangkan di Kalimantan Barat, dioperasikan 3 helikopter jenis Bel-214B, MI-8 dan Kamov yang berkapasitas 3.000 – 5.000 liter.

Pengerahan 12 helikopter water bombing dan 2 pesawat hujan buatan merupakan salah satu dari strategi operasi penanggulangan karhutla. Ada lima strategi yaitu operasi pemadaman di darat, operasi pemadaman undara, operasi penegakan hukum, operasi pelayanan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Hingga saat ini jumlah hotspot (titik panas) yang terdeteksi oleh satelit menunjukkan adanya penurunan dibandingkan dengan sebelumnya. Jumlah hotspot dari satelit Modis (Terra Aqua) dengan tingkat kepercayaan 80 persen yang artinya terbakar pada tahun 2015 sebanyak 2.810 titik, pada tahun 2016 sebanyak 1.917 titik, dan tahun 2017 sebanyak 157 titik.

Selama tahun 2017 (hingga Juni 2017) terjadi penurunan hotspot sebanyak 1.681 titik atau 91,45% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016.

Begitu juga dengan luas hutan dalan lahan yang terbakar juga menunjukkan penurunan. Luas hutan dan lahan yang terbakar pada tahun 2015 sebanyak 2,61 juta hektar, pada tahun 2016 sebanyak 438 ribu hektar, dan tahun 2017 sebanyak 15.983 hektar.

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari 15.983 hektar hutan dan lahan yang terbakar terdapat di lahan gambut 5.922 hektar dan tanah mineral 10.061 hektar.

Mengingat jumlah hotspot harian dan karhutla di beberapa Provinsi (Jambi, Kalbar, Kalteng) meningkat serta kondisi iklim telah memasuki musim kemarau maka diharapkan daerah mempertimbangkan penetapan status siaga darurat bencana asap akibat karhutla t’ahun 2017. Jangan sampai terlambat seperti tahun 2015. (tim detakpos)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *