Waduk Prijetan Lamongan Masuk Waduk Tertua

LamonganDetakpos– Dari sebanyak 224 bendungan yang ada di Indonesia, empat diantaranya sudah berusia di atas 100 tahun. Salah satu yang tertua adalah Waduk Prijetan di Kecamatan Kedungpring, Lamongan, Jawa Timur.

Hal itu disampaikan Sekretaris Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)  M Arsadi saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Kerajaan Belanda Stephanus Abraham Blok dia Waduk Prijetan, Rabu (4/7).

Waduk Prijetan ini dibangun Belanda kala itu mulai tahun 1910 sampai dengan 1916 dan diresmikan pada tahun 1917. Salah satu insinyur yang turut serta dalam pembangunan waduk ini adalah kakek buyut dari Stephanus Abraham Blok.

Itu adalah salah satu alasan Stephanus Abraham Blok mengunjungi waduk yang memiliki luas 231 hektare tersebut. Selain itu, dia menyampaikan pemerintah Kerajaan Belanda juga  menyediakan beasiswa bagi masyarakat Indonesia untuk belajar di Belanda, khususnya terkait sumber daya air.

“Kakek buyut saya dulu bekerja sebagai insinyur dalam pembangunan waduk ini. Ini adalah salah satu contoh, hubungan erat masyarakat Belanda dan Indonesia, serta antara pemerintah Belanda dan Indonesia, “ ujarnya.

“Ini juga menunjukkan, bahwa masa  lalu dan masa sekarang bisa bersatu untuk masa depan yang cerah, “ katanya menambahkan.

Bupati Lamongan Fadeli menyebutkan, kapasitas awal Waduk Prijetan mencapai 12 juta meter kubik. Namun akibat sedimentasi, kapasitas saat ini menyisakan 9,7 juta meter kubik.

Waduk tersebut selama ini mengairi 4.513 hektare sawah di 33 desa yang berada di 3 kecamatan. Yakni Kecamatan Kedungpring, Sugio dan Modo.

Untuk mendukung fungsi irigasinya, Waduk Prijetaan didukung saluran primer yang mencapai 5.176 meter dan saluran sekunder sepanjang 21.594 meter.

Dia menyebutkan tahun 2017 ada anggaran normalisasi jaringan irigasi sebesar Rp 22 miliar. Tahun 2019 direncanakan ada studi penanganan sedimentasi waduk, yang akan dilanjutkan pengerukan sedimen dan konservasi daerah aliran sungai dengan anggaran Rp112 miliar.

“Suatu saat, kami juga ingin mengunjungi Belanda untuk belajar pengelolaan sumber daya air. Semoga kunjungan Bapak Menlu di Lamongan ini meninggalkan kesan yang baik dan bermanfaat, “ kata Fadeli.

Kunjungan di tengah kawasan hutan jati itu juga dihadiri Duta Besar Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol bersama Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo Charizal A Manu. (*/d1)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *