Gatot Perlu Parpol untuk Jaga Brand Politik

Analisis Berita: oleh A Adib Hambali (*)

 

UPACARA serah terima jabatan Panglima TNI dari Jenderal TNI Gatot Nurmantyo kepada Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dilangsungkan Sabtu (9/12). Sebelumnya, Marsekal Hadi dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjadi Panglima TNI pada Jumat (8/12).

Banyak spekulasi muncul setelah masa jabatan Gatot berakhir. Salah satunya, gelagat Gatot yang cenderung menjurus terjun ke dunia politik usai pensiun, Maret 2018.

”Dia harus masuk parpol, sehingga brand politiknya ada yang menjaga. Sulit kalau dia tidak masuk parpol,”ujar pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina, Jakarta Hendri Satrio.

Dalam sejumlah survei, nama Gatot telah masuk ke dalam bursa calon presiden maupun calon wakil presiden di Pilpres 2019. Hendri Satrio berpendapat, kecenderungan Gatot untuk terjun ke dunia politik sangat terbuka.

Hal itu bisa dilihat dari manuver Gatot selama menjabat Panglima TNI. Dia yang berasal dari TNI Angkatan Darat (AD), juga membuat peluang Gatot untuk terjun ke dunia politik semakin besar.

Jika dibandingkan dengan matra lainnya, TNI AD memang lebih banyak terjun ke dunia politik. Salah satu faktornya, adalah pengalaman teritorial yang dimiliki oleh para prajurit atau tentara TNI AD.

Pengalaman teritorial yang bersentuhan langsung dengan komunitas politik dan sebagainya, TNI AD lebih bisa dikatakan ada kecenderungan masuk ke politik.

Terlepas dari itu, tidak bisa menjamin prestasi Gatot selama menjabat panglima bisa menjadi tolok ukur kesuksesan di dunia politik.

Gatot pun kerap kali mengeluarkan pernyataan cenderung politis dan dianggap di luar kewenangan sebagai seorang panglima. Meski begitu,  tetap saja ada sejumlah pihak yang menilai Gatot layak untuk terjun ke dunia politik dan menjadi sosok seorang pemimpin.

Pada dimensi tertentu mereka menganggap figur Gatot tepat untuk memimpin karena dia tentara, tegas, dan sebagainya. Tapi di sisi lain masih banyak hal yang harus diuji juga.

Selama Gatot mejabat panglima militer, jabatan itulah yang menjadi panggung sekaligus tumpuan bagi Gatot untuk menarik memainkan isu yang bertujuan menarik massa pendukung.Tentu ujian bagi Gatot ketika sudah tidak ada lagi panggung.

Selama menjabat panglima TNI, Gatot pun telah berhasil memainkan isu dengan cukup baik, sehingga menimbulkan sentimen yang postif terhadap dirinya, salah satunya terkait dengan elektabilitas yang diperoleh Gatot dalam sejumlah survei.

Gatot juga telah memainkan isu yang cukup spesifik, yaitu isu terkait dengan kelompok kanan atau kelompok agama maupun ideologi. Selama ini Gatot piawai manajemen isu kanan, ideologi.

Isu-isu kanan yang akan dikapitalisi menjadi insentif bagi dia. Bahkan publik justru lebih mengenal Gatot yang mahir mengelola isu kanan dibandingkan dengan prestasinya selama menjabat sebagai panglima TNI.

Yang publik tahu bagaimana dia (Gatot) mengelola isu umat, segmen yang diambil Gatot segmen kanan, ideologi.Jika Gatot serius bakal terjun ke dunia politik, maka dia mau tak mau harus tetap memainkan isu kanan tersebut –selain juga diimbangi dengan bagaimana cara Gatot membangun personal brandingnya di tengah masyarakat.

”Kalau isu itu dipelihara terus, ada kemungkinan elektabilitas makin naik,” kata Hendri.(*)


*Redaktur Senior di Bojonegoro.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *