Habis La Nyala, Terbitlah Kang Yoto

Analisis Berita: Oleh H Adib Hambali, Redaktur Senior di Bojonegoro.

CALON gubernur Jawa Timur yang diusung Partai Gerindra La Nyala Mataliti diprediksi bakal gagal melaksanakan tugas mencari koalisi, termasuk melirik calon wakil gubernur dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Pasalnya, Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan akan mengajukan kadernya, Bupati Bojonegoro Suyoto (Kang Yoto) untuk menjadi cagub Jatim di Pilkada 2018.

Tentu saja dengan pertimbangan popularitas dan tingkat elektabilitas Kang Yoto yang lebih tinggi, ketimbang La Nyala yang masih ”tersandera” oleh kasus yang sewaktu-waktu bisa muncul dan bisa berdampak pada pamor dia bakal terjun bebas.

Tarik menarik kepentingan pun tetjadi dengan memunculkan spekulasi di Pilkada Jawa Timur 2018. Arifin Nur Cahyono, Direktur Lembaga Kajian Pemilu Indonesia, misalnya, menyampaikan spekukasi, ada dugaan operasi politik dari pihak yang berkuasa untuk menyandera sejumlah ketua umum partai dengan menggunakan isu korupsi.

Tujuannya agar mendukung kandidat oleh pihak penguasa.Dia mencontohkan terntang dugaan operasi politik pihak yang berkuasa mengganjal pencalonan dari La Nyala Mataliti sebagai calon gubernur Jawa Timur yang diajukan Partai Gerindra.

Tujuan operasi adalah mengganjal La Nyala untuk berlaga dalam Pilkada Jawa Timur, agar berlangsung dalam skema kekuatan yang berkuasa, sehingga ”all penguasa final.” Salah satu wujud operasi politik yang dilakukan tersebut yaitu diduga mereka ”menyandera” Zulkifli Hasan, dengan menggunakan isu korupsi di periode sebelumnya, agar PAN tadak turut serta mendukung La Nyala Mataliti yang diajukan oleh Partai Gerindra.

Dengan prosentasi dukungan yang tidak mencukupi dari partai politik kepada La Nyala Mataliti, maka dapat dikatakan siapa pun yang terpilih di Pilgub di Jawa Timur, dipastikan otomatis akan mendukung Presiden pada Pilpres 2019.

Jika yang bertarung di Pilkada Jawa Timur hanya dua pasang kandidat, yaitu Saifullah Yusuf dan Khofifah, maka siapa pun yang menang di Pilkada Jawa Timur, dipastikan adalah ororangnya akan terlibat dalam pemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019.

Sebagaimana diketahui, dalam Pilpres 2014 lalu, wilayah Jawa Timur adalah medan perebutan suara yang sangat panas antara kubu Jokowi dan Prabowo.Dipastikan tahun 2019 nanti, Jawa Timur tetap menjadi medan yang sangat panas.

Karena itu pada kandidat perlu memastikan kemenangan di wilayah tersebut dengan menempatkan dua kandidat yang merupakan orangnya untuk berlaga dan menjadi gubernur di wilayah tersebut.”Kasus korupsi yang melibatkan pejabat negara di negeri ini tidak untuk dibersihkan, tapi juga dijadikan alat untuk menyandera,” tuding Nur Cahyo.

Praktik yang sama sedang berlangsung dalam penyelenggaraan Pilkada tahun 2018. Pihak yang berkuasa saat ini telah menjadikan kasus korupsi untuk menyandera ketua umum partai, agar tunduk mencalonkan kandidat yang dikehendaki oleh pihak yang sedang berkuasa.

(*)Redaktur Senior di Bojonegoro.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *