Haul Sewindu: Gus Dur Pilih Lengser Ketimbang Ganti Pancasila

JombangDetakpos-Peringatan sewindu haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Kamis (28/12) malam, di halaman Pondok Pesantren Tebuireng mengungkap sejumlah kisah haru hingga kemelut politik yang demikian panas.Tepatnya saat Gus Dur hendak lengser menjadi Presiden RI.

Mahfud MD, salah satu pembicara kesaksian Gus Dur saat itu mengungkapkan, ada peristiwa yang saat ini masih belum banyak diketahui khalayak. Ia bercerita, saat itu ada sejumlah tokoh Islam yang juga ikut prihatin akan kondisi politik yang kian panas saat Gus Dur hendak lengser.

Mereka menawarkan solusi agar Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia diubah menjadi Negara Islam sehingga berbagai tokoh dan umat Islam dapat mengepung Jakarta dan bisa menyelamatkan Gus Dur.

Mereka juga memastikan dalam satu atau dua hari Gus Dur akan selamat dari cekaman politik tersebut, dan Gus Dur pun tetap di posisi menjadi presiden. “Usulnya begini, nanti tolong sampaikan ke Presiden.

Presiden jangan mengeluarkan dekrit membubarkan DPR dan MPR, tapi presiden supaya membuat dekrit Indonesia ini menjadi Negara Islam, ganti Pancasila menjadi Negara Islam,” katanya menirukan salah satu tokoh yang saat itu ditelepon Mahfud MD menanyakan solusinya.

Usul tersebut kemudian langsung disampaikan kepada Gus Dur yang semula antara Gus Dur dan dirinya tidak pernah tanya terkait solusi atau usul apa yang ingin disampaikan mereka.

Namun, cucu KH Hasyim Asy’ari, Pendiri NU itu menolak dengan tegas tawaran solusi dari tokoh tersebut.

Menurutnya, usul tersebut sama halnya dengan mengkhianati Republik Indonesia ini.”Kemudian saya sampaikan kepada Gus Dur. Lagi-lagi Gus Dur marah. ‘Saya lebih baik jatuh dari kedudukan presiden daripada mengkhianati republik ini,’” ujar Mahfud MD menirukan ucapan Gus Dur saat itu.

Mahfud MD masih enggan menyebut nama-nama tokoh yang menawarkan solusi tersebut. Ia hanya mengungkapkan ada tujuh tokoh pada saat itu yang mengajukan solusi kepada Gus Dur melalui dirinya.

“Saya ditelpon oleh tokoh-tokoh Islam. Ada tujuh tokoh saat itu. tapi saya tidak mau sebut namanya, ingin bertemu dengan Gus Dur. Mungkin 30 tahun lagi saya tulis,” tutur Mahfud.

“Itulah Gus Dur, orangnya punya prinsip, tapi terkadang disampaikan dengan lucu, tapi juga terkadang marah-marah betul,” tutur Mahfud.(d2). 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *