Ketika Setnov Berseragam Oranye

Analisis Berita Oleh: AAdib Hambali

KETUA DPR Setya Novanto (Setnov), akhirnya berseragam rompi oranye. Dia resmi menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka kasus korupsi e-KTP.

Setnov tiba di gedung KPK pukul 23.39 WIB, Minggu (19/11/2017), menggunakan mobil tahanan, dan duduk di bagian depan. Saat turun, ketua umum DPP Golkar itu langsung duduk di kursi roda.KPK resmi mengeluarkan surat perintah penahanan untuk Setya Novanto pada Jumat malam (17/11). Namun penahanannya dibantarkan ke RSCM, Jakarta Pusat.

Artinya, wajah ‘bopeng’ perpolitikan di negeri ini satu persatu pun dimunculkan oleh para politisi dalam berbagai kosus korupsi. Itu menampakkan bahwa politik berbasis ideologoi ini telah bergeser menjadi transaksi.

Politisi seperti Setnov mungkin hanya bisa ditemukan di Indonesia.Tentu saja itu bisa terjadi ketika ideologi terbukti tidak lagi mampu mengakomodasi suara rakyat.

Maka entertaiment menjadi aspek yang paling marketable. Saat ini Setnov sepertinya sedang memperlihatkan brand yang tak kalah keren tentunya. Namun untuk saat ini belum kelihatan apakah dengan cara ini dia mampu mengundang simpati. Jawabnya tentu bukan sekarang.

Suka tidak suka, molornya kasus duguaan korupsi e-KTP dengan  tersangka Setnov telah menjadi ”public talks” di tempat kongkow. Layaknya ngobrol gosip seputar selebritis di warung-warung kopi yang asyik.

Hanya butuh merogoh saku Rp 3.000, di kelas warung kopi kaki lima, bisa menikmati kopi selama berjam-jam untuk memperbincangkan akrobatik Setnov ini dengan berbagai analisa dan seluruh argumentasi, baik yang miring atau lurus membelanya.

Kasus Setnov tidak ubahnya aksi akrobatik yang mengagumkan. Jadi tersangka, dan jatuh sakit ketika akan diperiksa, kemudian gugatan prapradilan dimenangkan dan lolos.

KPK kembali menetapkan ketua umum DPP Partai Golkar itu menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi yang merugikan uang begara sekitar Ro 2,3 triliun.

Setelah berkali-kali dipanggil untuk menjalani pemeriksaan oleh KPK terus mangkir, penyidik lembaga anti rasuah itu mendatangi rumah Novanto. Ketua DPR RI itu juga tidak ada di rumah, tim KPK pulang dengan tangan hampa setelah lima jam menunggu hingga dini hari.

Setelah banyak sorotan yang ditujukan kepada Setnov, mulai rakyat di warung kopi hingga Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, tiba-tiba muncul dalam keadaan sakit kepala dibalut perban.

Pasalnya mobil mewah yang ditumpangi menabrak tiang lampu listrik. Meski hanya berkecepatan rendah, bagi Setnov cukup parah sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Dengan pernyataan satire pengamat politik jebolan UI Ziyad Falahi memprediksi, Setnov pada tahun 2019 akan menjadi capres idola swing voters yang notabene adalah middle class atau yang merasa middle class.

Bagi masyarakat rasional, apa yang dilakukan Setnov adalah rational choice yang unik dan fun. Norma, moral, agama tentunya tidak laku dijual dalam politik hari ini oleh Setnov.

Buktinya, banyak masyarakat Indonesia yang bernorma, bermoral, dan beragama tapi gagal jadi politisi karena tidak mau atau tidam mampu memberi tontonan yang dashyat seperti Setnov.

Dari logika di atas, maka kita bisa juga mengemukakan spekulasi. Jikalau tokoh siapa pun mampu menampilkan kontroversi yang memukau, maka akan menjadi trendsetter.Padahal, di era informasi yang hoax, Anda tidak akan dianggap jika hanya biasa-biasa saja.

”Jadilah jahat yang jahat sekali, goblok yang goblok banget, daripada jadi rasional yang cuma bisa menonton.” Begitulah pandangan Ziyad Falahi.(*)

AAdib Hambali: Redaktur senior tinggal di Bojonego

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *