Kontalasi Politik Jelang Pilpres hanya Popularitas dan Elektabilitas

JakartaDetakpos-Sekjen DPN Ikatan Sarjana Republik Indobesia (ISRI), Cahyo Gani Saputro mengamati, menjelang pendaftaran calon presiden dan wakil presiden pada tanggal 4 -10 Agustus 2018.

Menurur dia, berbagai prediksi dan asumsi mewarnai konstelasi perpolitikan nasional yang condong hanya pada arah popularitas dan elektabilitas.”Belum menjawab persoalan bangsa yang harus dihadapi ke depan, masih sebatas kalkulasi – kalkulasi politik baik figur dan kerja sama partai yang hendak menggabungkan diri,”ungkap dia diJakarta, Rabu (11/7).

Hal tersebut terkesan ada suatu pandangan, di satu sisi ada yang terus mendekati kelompok agama tertentu, di sisi lain ramai dengan tagar (tanda pagar) yang diusung.

”Isu tenaga kerja asing, ada pula yang diam-diam membuat gerakan alternatif baik secara terang-tegangan maupun senyap dari dua mindsteream yang terus meramaikan diri dalam jagad media sosial, bahasa rakyatnya daripada ribut aja mending ini,”ujar Cahyo.

Tentu, kondisi tersebut perlu berkaca pada pemilihan kepala daerah di kota Makassar. Masyarakat sudah jengah dengan politik elite yang hanya berkutat pada kepentingan mereka dan kekuasaan semata yang tidak menyentuh kehidupan rakyat.

”Alhasil masyarakat menyalurkan pilihannya pada kotak. Ibaratnya bila semua pemilihan baik DPRD, DPD, DPR RI, Presiden dan Wakil Presiden disediakan kotak kosong sebagai saluran politik mungkin rakyat akan banyak memilih kotak kosong,” ujarnya.

Cahyo berpandangan, kondisi politik yang hanya prosedural ini harus segera disadari para elite politik dan arah bangsa ke depan harus mempunyai agenda yang penting untuk diperhatikan oleh para kandidat capres dan cawapres.Terutamanya persoalan yang berkaitan dengan hajat hidup rakyat atau ekonomi rakyat, dapur rakyat sehari-hari yaitu terbuka dan mudahnya lapangan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat, harga kebutuhan pokok yang terjangkau serta iklim usaha yang baik, membangun produksi-produksi rakyat atau produk nasional yang mampu bersaing untuk menjawab perang dagang yang menjadi isue.

”Pentingnya keberlanjutan infrastruktur yang telah direncanakan sebelumnya hingga tuntas pada periode berikutnya,”kata Cahyo.Termasuk realisasi revolusi mental dan pembangunan karakter kebangsaan dalam menjawab tantangan intoleransi, ekstrimisme dan terorisme.

Cahyo mengatakan prediksi dan asumsi yang menjadi isu bukan hanya pada persoalan popularitas dan elektabilitas saja, namun harus juga menggali isu yang berkembang di masyarakat sehingga ada korelasi antara isu politik elektoral dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat agar semakin sadar dan tidak apatis.

”Paling tidak rakyat menyalurkan suaranya untuk mencegah yang tidak patut memimpin menjadi pemimpin,”tutur dia(d4)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *