Masih Dipimpin Cak Imin, NU Tidak Akan Jadi Bemper Politik PKB

Jakarta-Detakpos.com-Posisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bakal terancam di Pemilu dan Pilpres 2024. Hal ini buntut kerenggangan hubungan antara PKB dengan PBNU baru-baru ini.

Cabang NU di Banyuwangi dan Sidoarjo, Jawa Timur, yang menggelar acara deklarasi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) maju di Pilpres 2024, jadi pemantik polemik ini.

Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando EMaS, Senin (21/2/2022) mengatakan, ada nuansa NU tidak lagi bisa jadi bamper politik PKB.

“Betul. NU sepertinya akan melepaskan diri dari kepentingan politik PKB selama Muhaimin masih menjadi Ketum PKB,”ujar pengamat politik

PBNU telah melayangkan surat resmi dan memanggil pengurus NU di dua cabang itu untuk memberikan klarifikasi.

Dia menilai kegeraman Gus Yahya, sapaan akrab Yahya Cholil Staquf, menjadi ancaman nyata bagi PKB di pemilu dan Pilpres 2024. Terlebih, melihat geliat Cak Imin yang berniat maju dalam pilpres.

Menurut pengamat politik Fisip Untag ’45, pernyataan keras Gus Yahya sekaligus menegaskan NU ke depan tak lagi bisa menjadi bemper politik PKB.

“Bukan ancaman. Itu nyata sudah bahwa PKB tidak bisa lagi menjadikan NU sebagai kendaraan politik mereka. Atau sebagai mesin politik mereka.

Dia menyebut sinyal keretakan hubungan NU dan PKB saat ini menjadi pemandangan baru. Hubungan keduanya belakangan tak wajar sebab biasanya dua organisasi relatif cair.

Menurut Fernando, Yahya Staquf lewat pernyatannya baru-baru ini ingin menegaskan bahwa NU saat ini tidak lagi bisa digunakan sebagai kendaraan politik PKB.

“Kalau sebelumnya relatif cair, ya. Bahkan banyak lah, NU secara struktural juga banyak yang deklarasi. Dukung mendukung, kalau sekarang enggak bisa. Intinya Gus Yahya sekarang bukan orang Muhaimin.

Meski di sisi lain, menurutnya, Gus Yahya tetap mempersilakan warga Nahdliyyin secara personal aktif dalam politik praktis.

Gus Yahya Jengkel PCNU Banyuwangi Buat Acara Hadirkan Bakal Capres
Namun, Fernando,  berpolitik secara personal tetap akan memberi posisi sulit bagi PKB sebab tidak memberi legitimasi politik yang kuat pada publik.

“Dukungan personal itu legitimasi politiknya ke publik enggak terlampau kuat, karena dukungan orang per orang nggak kelihatan kekuatan politiknya,” kata Fernando.(d/2).

Editor: A Adib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *