Pengamat: Megawati Tetap Penentu Cawapres Jokowi

JakartaDetakpos-Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengatakan Presiden Joko Widodo telah mengantongi dan mengerucutkan nama bakal calon wakil presiden yang akan mendampinginya di Pilpres 2019.

Hal itu disampaikan Megawati usai menjalin pertemuan dengan Jokowi di Istana Batu Tulis, Bogor, Minggu (9/7) malam.

Pertemuan itu berlangsung satu jam 50 menit.”Pengumuman dilakukan pada momentum tepat, dan dalam cuaca yang cerah, secerah ketika matahari terbit dari timur. Jadi tunggu saja dan sabar”, ujar Megawati dalam keterangannya melalui Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, Senin (9/7).

Direktur Rumah Demokrasi Indones

ia Fernando Emas memprediksi kalau dilihat ada beberapa gerakan pendukung cawapres yang mencoba memasangkan dengan berbagai tokoh, pada akhirnya memang penentuan cawapres Jokowi adalah Mega.

Menururnya, beberapa ketum partai politik yang mencoba memasangkan dirinya dengan Jokowi hanya sebatas manuver untuk mendapat perhatian dari Jokowi dan Mega.

Kalau melihat beberapa nama yang coba diduetkan dengan Jokowi ada beberapa yang berpeluang.

Beberapa nama yang berpeluang adalah Gubernur NTB TGB Majdi, Sri Mulyani dan Budi Gunawan.

”Namun berdasarkan nama tersebut Budi Gunawan yang sangat berpeluang,”tutur Fernando kepada Detakpos, (Senin (9/7).

”BG sangat berpeluang karena memilki hubungan sangat dekat dengan Mega dan PDIP,”tutur dia.”

Beberapa hal strategis dibahas terkait hasil kunjungan Presiden Bank Dunia, Persiapan Asian Games, berbagai agenda strategis bangsa dan negara, termasuk pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden”, kata Sekjen DPP PDIP Hasto Kristyanto.

Hasto mengatakan pertemuan Megawati dan Jokowi dilakukan secara periodik baik di Istana Merdeka, Istana Bogor, maupun Istana Batu Tulis.

Pertemuan rutin itu diklaim sekaligus menepis anggapan sejumlah pihak ada kerenggangan hubungan antara Jokowi dan Megawati.

“Kepemimpinan Ibu Mega dan Pak Jokowi itu saling melengkapi dan satu kesatuan. Ibu Mega sangat kokoh dalam prinsip, dan berpolitik dengan keyakinan untuk rakyat; sementara Pak Jokowi dengan kemampuan teknokratisnya serta model kepemimpinan yang membangun dialog, merangkul, dan terus membumikan Pancasila dalam tradisi kepemimpinan yang turun ke bawah, atau merakyat,” kata Hasto.

“Kedua pemimpin bangsa tersebut, dengan demikian, saling melengkapi, bersinergi, dan disatukan oleh emotional bonding (ikatan emosional) dengan Bung Karno, Proklamator dan Bapak Bangsa Indonesia,” ujarnya.(dib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *