Analisis Berita: Oleh H Adib Hambali, Redaktur Senior di Bojonegoro.
KEJUTAN menjelang akhir tahun 2017. Setelah La Nyala Mattaliti mengembalikan surat penugasan alias mundur dari calon gubernur, DPP Partai Partai Gerindra mengusung politisi mantan pembalap Moreno Soeprapto sebagai calon gubernur Jawa Timur.
Keputusan mengusung kader Partai Gerindra itu sudah bulat. Bahkan sudah mendapat persetujuan dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Spekulasi politik pun berkembang, muncul koalisi dengan PAN yang bakal mengusung Bupati Bojonegoro Suyoto. Sayang Sekjen DPP PAN Eddy Soeparno mengaku belum mendengar infornasi koalisi itu, termasuk munculnya calon mantan pembalap yang siap-siap menyalip di tikungan jalan yang didominasi Khofifah Indar Parawansa dan Saifullah yusuf (Gus Ipul).
”Saya belum dengar Gerindra akan dukung Moreno, juga pasangan Suyoto- Moreno,” tulis Sekjen via WA, Minggu (24/12).
Adalah fungsionaris DPP Gerindra Dasco, yang melansir bahwa Gerinda mengusung anak pembalap nasional Tinton Soeprapto. Pihaknya masih melakukan komunikasi intensif dengan Partai Amanat Nasional untuk sama-sama mengusung Moreno di Pilgub Jatim 2018.
Partai Gerindra saat ini memiliki 13 kursi DPRD Jatim. Sementara PAN memiliki 7 kursi. Apabila berkoalisi, kedua partai ini mengantongi 20 kursi, pas dengan syarat minimum untuk mengusung pasangan calon dalam Pilgub.
Moreno adalah mantan pembalap dengan prestasi cemerlang baik di tingkat nasional maupun internasional. Moreno adalah sosok ideal generasi milenial Indonesia.
Selama di DPR dia banyak berkontribusi bagi perumusan kebijakan-kebijakan fraksi yang senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat. Selain itu Moreno juga memiliki akar yang kuat di Jawa Timur karena keluarga besar ayahnya memang asli Jawa Timur.
Pada Pemilu 2014 lalu misalnya, Moreno yang baru pertama kali ikut kontestasi langsung terpilih karena memperoleh suara signifikan, yaitu lebih dari 52.000 suara di Daerah Pemilihan Jawa Timur V.
Mesin partai mulai dari DPD hingga ranting akan bekerja all out memenangkan Moreno di Jawa Timur.
Suatu saat dia pernah bercerita. Ketika menjadi pembalap dan meraih gelar juara dia merasa kurang diperhatikan negara. Kebutuhan lomba lebih banyak keluar dari kocek pribadinya.
Dia pun ditawari pindah warga negara dan menjadi pembalap Malaysia. Kesempatan itu dia tolak seketika. Mengapa? Karena dia begitu cinta kepada Indonesia.
Dari Sirkuit Sentul dia hijrah ke Senayan tanpa paksaan. Dari Senayan dia kini ingin mengabdi kepada tanah leluhur dengan ketulusan.Dia rela mengubur masa muda yang penuh dengan kesenangan. Rasa cinta kepada negeri dan motivasi untuk mengabdi menjadi sebuah jawaban.(*):
Redaktur Senior di Bojonegoro.