Positif, Capres Berkomitmen Jaga Silaturahmi

JakartaDetakpos-Debat capres ke empat berlangsung dengan hangat dan mencerahkan.

Demikian dikatakan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto di Jakarta, Minggu, (31/3).

Pertama, menurut Susanto, kedua capres telah menyampaikan visi dan misi yang terukur.

Kedua Capres berkomitmen untuk memberikan penguatan dan internalisasi ideologi Pancasila kepada anak bangsa sejak usia dini hingga jenjang universitas (S1, S2 dan S3).

“Ini komitmen baik yang perlu diapresiasi. Bangsa yang besar adalah bangsa yang generasinya kokoh dengan ideologi kebangsaannya,”tutur dia.

Kedua, semangat untuk terus menjaga silaturahmi antar kedua capres menunjukkan betapa perbedaan tidak memutuskan rantai persahabatan.

“Ini merupakan spirit dan sekaligus pendididikan politik yang baik bagi anak Indonesia dalam kerangka berbangsa dan bernegara menuju Indonesia yang lebih baik,”tambah dia

Kekayaan alam dan kekayaan budaya, suatu bangsa tak akan berarti jika para tokoh politik dan bangsa tak memiliki komitmen menjaga persatuan dan kebersamaan.

“Komitmen yang ditunjukkan kedua capres sangat positif bagi anak negeri. Meski anak Indonesia dalam keragaman, baik agama, suku, bahasa dan budaya namun kebersamaan, persaudaraan dan saling menghormati harus menjadi komitmen besar.”

Ketiga, lanjut Susanto, kedua capres telah menunjukkan jiwa dan visi nasionalismenya.
“Kita memang harus aktif berkontribusi di level internasional, sinergi antar negara penting terus bangun, namun kedaulatan dan kepentingan bangsa harus menjadi prioritas utama.

Komitmen positif ini menjadi spirit baik bagi generasi Indonesia yang mengikuti debat capres.
Apalagi dalam UU No 23 Tahun 2002 Pasal 19 (b) ditegaskan bahwa setiap anak wajib mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman.

Selanjutnya, (c), setiap anak wajib mencintai Tanah Air, bangsa dan negara.

Hal lain yang masih perlu dipertajam adalah untuk mengokohkan ideologi kebangsaan bagi anak Indonesia ke depan, visi dan langkah besar untuk perlindungan anak dari infiltrasi radikalisme harus terus dinovasikan.

Mengingat saat ini pola jaringan radikalisme dan terorisme terus bergeser, tak mudah dideteksi dan seringkali anak menjadi sasaran infiltrasi.

“Ini harus terus kita jaga agar 83 juta anak Indonesia tumbuh kembang dengan baik, memiliki self protection serta kokoh dalam menghadapi gempuran radikalisme yang semakin mewabah,”pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *