Berkah “Paica” Wisata Erupsi Gunung Agung

Masyarakat Bali memberi istilah “paica” atau anugerah untuk hasil letusan gunung. Istilah ini sangat indah dan menggambarkan penghormatan masyarakat Bali yang luar biasa istimewanya kepada alam semesta.

Dalam hal erupsi Gunung Agung ini, sesungguhnya keharmonian antara manusia dan manusia, manusia dan alam tetap terjaga, sehingga erupsi Gunung Agung tetap memiliki daya tarik wisata yang luar biasa istimewa.

Fenomena wisata saat erupsi gunung berapi sangat bisa dilakukan, asalkan memperhatikan  edukasi wisata erupsi gunung.  Kondisi ini seperti halnya Gunung Eyjafjallajokull di Islandia ketika meletus pada  20 Maret 2010. Erupsi Gunung Eyjafjallajokull bahkan menjadi fenomena yang luar biasa istimewa dalam dunia pariwisata.

Indonesia bisa belajar banyak dalam mengelola erupsi gunung berapi menjadi sumber daya tarik wisata istimewa. Istimewa karena merupakan peristiwa  yang langka terjadi. Apalagi Indonesia memiliki gunung berapi aktif yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Sungguh hal yang luar biasa manfaatnya untuk pemanfaatan wisata berbasis edukasi erupsi.

Barangkali bisa dimulai dari Gunung Agung, walaupun mungkin sudah sedikit terlambat. Namun tetap merupakan hal yang bagus untuk dicoba dan menjadi praktik model terbaik untuk dunia wisata erupsi. Jika model wisata edukasi erupsi tidak pernah dilakukan, lalu sampai kapan Indonesia hanya memandang dengan tatapan hampa ketika gunung berapi erupsi dan sektor bisnis wisata menjadi korbannya.

Sektor pariwisata terbesar di Indonesia adalah Bali. Bali menyumbangkan pendapatan  sekitar sebesar 9 triliun per bulan, artinya menopang 40 persen devisa negara dari sektor pariwisata.

Wisata lumpuh

Erupsi gunung Agung menyebabkan  kondisi wisata yang lumpuh saat ini. Hal ini karena tidak adanya edukasi yang baik dalam hal wisata erupsi. Jika edukasi wisata erupsi dijalankan dengan baik, bukan tidak mungkin akan menambah lonjakan wisatawan yang datang ke Bali. 

Karena banyak keuntungan yang didapatkan ketika berwisata erupsi Gunung Agung. Erupsi Gunung Agung sendiri merupakan peristiwa alam yang sangat luar biasa istimewa dan merupakan kesempatan langka.

Gagasan untuk menyelamatkan pariwisata Indonesia, khususnya Bali dan untuk saat ini karena erupsi Gunung Agung berdampak signifikan pada jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang di targetkan pemerintah. Saat ini target kunjungan wisatawan asing yang sebesar 15 juta orang per tahun akan meleset menjadi cuma 14 juta orang per tahun. 

Tentunya ini akan sangat merugikan bagi perekonomian Indonesia apabila tidak ditangani dengan cepat. Dan untuk saat ini Bali kehilangan pemasukan senilai Rp234 miliar per hari akibat abu vulkanik Gunung Agung.  kondisi saat ini tentunya sangat merugikan pemerintah untuk medapatkan devisa dari adanya turis yang berkunjung ke pulau Dewata.

Untuk menyelamatkan pariwisata Indonesia khususnya Bali Pemerintah harus dengan sigap dan cepat menangani masalah yang terjadi khususnya untuk masyarakat Bali agar tidak panik menghadapi situasi ini.

Dari segi transportasi mulai diedukasi dengan jelas bagaimana model transportasi yang aman, dari segi erupsi jangan lagi dikaitkan dengan penamaan bencana barangkali perlu disiapkan istilah yang menarik, dari segi Edukasi Wisata perlu dijelaskan terkait persiapan dan pemahaman zona aman.

Persiapan mencakup berbagai hal, mulai pakaian yang dikenakan untuk melindungi tubuh seperti baju berlengan panjang, celana panjang, topi, memakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung, dan lainnya. Lainnya pemahaman zona aman terkait mengenali daerah setempat.
 
Apabila semuanya berjalan dengan baik maka turis dari luar negeri juga akan tertarik dan tidak takut lagi untuk mengunjungi Bali akibat dari adanya erupsi Gunung Agung, karena Bali merupakan destinasi wisata yang paling di gemari oleh turis mancanegara dari segi wisata alamnya.  (*)

Dr. Sri Suryaningsum, S.E., M.Si., Ak., C.A.
Ketua Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
Kepala Pusat Penelitian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, UPN “Veteran” Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *