Bojonegoro – Detakpos.com – Semua berawal dari kegelisahan. Imam Muhlas, seorang guru mengaji di di RT 20 RW 07, Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, resah melihat warga masih suka membuang sampah sembarangan. Sebuah tabiat buruk yang tak bisa diselesaikan hanya dengan kata-kata dan pesan bijak. Maka, Imam Muhlas memulai ikhtiar dengan membuat tiga jenis tempat sampah, yakni untuk sampah rosok, sampah organik, dan sampah plastik/kertas.
Imam Muhlas berpesan kepada anak-anak yang belajar mengaji di musala depan rumahnya untuk tidak lagi membuang sampah di selokan. Ia mencontohkan kepada mereka untuk membuang sampah bungkus jajan berdasarkan jenisnya di tempat yang sudah disediakan. Anggota keluarganya juga diminta mengakhiri kebiasaan membuang sampah semaunya dan mulai tertib memanfaatkan tempat sampah yang dibuatnya.
Tak mudah tentu saja. Mereka membuang sampah tanpa memperhatikan kategorisasi tempat sampah yang dibuat Imam Muhlas. Dia sendiri akhirnya yang harus memisahkan sampah basah dan kering tercampur.
Akhir 2016, Imam Muhlas memberanikan diri untuk menyampaikan gagasan penanganan sampah kepada kepala desa, bidan desa, lembaga pendidikan, dan tokoh masyarakat di masing masing padukuhan. Dia mengajak mereka untuk menyosialisasikan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Dia mengajak para pemangku kepentingan itu untuk membuat aturan dan lembaga atau komunitas yang bergerak dalam mengambil, mengolah sampah, dan membuat konsep inovasi dari gerakan sampah ini.
Awal 2017, Imam Muhlas mengundang tokoh dari perempuan di tiap pedukuhan dan pemerintah desa untuk menyosialisasikan berdirinya lembaga pengelola sampah bernama “Bank Sampah Mandiri Keluarga Harapan” (BSM-KH). Program unggulannya: “Ayo menabung sampah, untuk bayar pajak PBB.”
BSM-KH ini mulanya hanya beranggotakan 15 orang yang diketuai Imam Muhlas sendiri. Dia meminta kepada Kepala Desa untuk menerbitkan surat keputusan yang menjadi dasar legalitas, dan kemudian membuat aturan untuk memudahkan kerja dan pencapaian tujuan.
Kendati hanya beranggotakan 15 orang, mereka bergerak intensif, melakukan sosialisasi ke masing masing pedukuhan dan dusun, mengajak warga untuk mengumpulkan sampah di rumah, dan menjadi anggota bank sampah. Warga diajak menyetorkan tabungan sampah ke bank sampah setiap tiga bulan. Mereka menjelaskan, tujuan tabungan sampah ini adalah untuk menjaga kebersihan lingkungan, sekaligus inovasi pembayaran pajak bumi bangunan (PBB) dengan hasil penjualan sampah di bank sampah.
Tercatat, ada 350 keluarga yang bergabung menjadi anggota bank sampah pada awal gerakan ini. Setiap anggota mendapatkan satu kantong sak, satu buah buku tabungan, dan dana awal ini berasal dari uang pribadi Imam Muhlas. Dia rela merogoh koceknya untuk ambil bagian dalam pembangunan di desanya.
Hasilnya terlihat dalam tiga bulan pertama pengumpulan sampah rumah tangga anggota bank sampah. Mereka membawa sampah-sampah ke enam lokasi penyetoran dan penimbangan yang sudah disepakati pada pukul 06.00 – 15.00. Lingkungan sekitar rumah pun menjadi bersih, dari sampah rosok. Sawah pun bersih dari sampah, karena botol bekas pestisida pun kini dibawa pulang ke rumah.
Selama tiga bulan awal terkumpul sampah seberat hampir satu ton. Pengurus akhirnya menyewa kendaraan L300 agar sampah segara bisa dibawa ke pengepul besar di Kecamatan Kalitidu yang berjarak sekitar 15 kilometer. Butuh waktu hingga pukul enam sore untuk memindahkan seluruh sampah yang terkumpul di Desa Sendangharjo ke pengepul.
Tiga bulan berjalan, evaluasi dilakukan. Kelebihan program ini adalah membuat lingkungan desa bersih, karena berpindahnya satu ton sampah ke pengepul. Kedua, menciptakan budaya baru di keluarga, khususnya anggota bank sampah, untuk membersihkan sampah rumah tangga. Selain itu, sisi positif program ini adalah munculnya budaya menabung sampah. Inovasi menabung sampah untuk pembayaran PBB ini juga membantu program pemerintah.
Namun tentu saja ada kekurangan yang harus diatasi. Pertama, karena belum memiliki rumah pilah sampah, mereka terburu-buru memindahkan sampah dari tempat titik penimbangan ke lokasi pengepul. Kedua, tidak adanya kendaraan milik sendiri menambah ongkos operasional.
Ketiga, belum terampil dan mendalamnya pengetahuan anggota dalam memilah sampah, menyebabkan selisih harga sampah menjadi kecil. Walhasil kegiatan ini belum menghasilkan laba untuk membiayai operasional pengurus.
Namun Imam Muhlas dan kawan-kawan menolak menyerah. Berjalan setahun, gerakan tersebut berhasil mengumpulkan empat ton sampah domestik rumah tangga dan program menabung sampah untuk membayar pajak berhasil dilaksanakan 350 keluarga di Desa Sendangharjo. Alhamdulillah.
Medio 2017, pengurus mulai berbenah dengan membuat profil Bank Sampah Mandiri Keluarga Harapan dan mengirimkannya ke sejumlah donatur, di antaranya PT Pertamina EP Cepu Zona 12 yang waktu itu berkantor di Desa Talok Kalitidu. Mereka melakukan studi tiru cara mengelola lembaga bank sampah, antara lain di Desa Mojodesa, Desa Baureno Kecamatan Baureno, TPS 3R Sumpiuh di Kabupaten Banyumas di Kabupaten Banjarnegara, dan di Banjarnegara.
Ada banyak ilmu yang diterima untuk menjadikan sampah bisnis yang menguntungkan. Dari sana, mereka memahami sampah bisa jadi handicraft atau kerajinan tangan, pakan ternak, dan bahan bakar alterntif. Tentunya dengan konsep dan teknologi yang tidak murah.
Medio 2018, PT Pertamina EP Cepu Zona 12 mengulurkan tangan untuk meningkatkan kapasitas lembaga Bank Sampah Mandiri Keluarga Harapan melalui pelatihan tentang cara pengelolaan sampah plastik. Sampah plastik diolah menjadi handicraft, pot dan sampah organik dijadikan pupuk organik padat. Mereka juga mendapatkan dukungan fasilitas rumah pilah sampah, kendaraan roda tiga, dan perlengkapan bank sampah.
Semakin lengkapnya fasilitas ini membuat nilai harga sampah yang didapat bank sampah meningkat. Sejumlah desa pun mulai tertarik untuk mengikuti jejak Imam Muhlas dan kawan-kawan, di antaranya Desa Trenggulunan, Desa Ngadiluwih, Desa Ngasem, Desa Tengger, Desa Jampet, dan Desa Ngantru.
Mereka diminta memaparkan gagasan dan ide di depan kader sanitasi di Puskesmas Kecamatan Ngasem. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama’ Sunan Giri juga pernah meminta Imam Muhlas untuk menjadi narasumber dalam kegiatan sosialisasi pengolaan sampah.
Pandemi Covid-19 pada 2020 membuat stabilitas ekonomi goyah. Kegiatan Bank Sampah Mandiri Keluarga Harapan pun terdampak. Harga sampah rosok merosot tajam. Pengurus terpaksa menyimpannya dalam gudang. Kerugian tinggal menghitung dengan kalkulator. Namun pengurus tetap bertanggung jawab membeli sampah-sampah dari anggota dengan harga yang disepakati awal. Dengan demikian, pembayaran PBB pun tetap berjalan lancar.
Krisis tidak membuat pengurus patah arang. Mereka melakukan studi banding ke Pasuruan, Tuban, dan Ngawi untuk belajar mengelola sampah dengan metode maggot BSF (Black Soldier Fly). Imam Muhlas bertekad lembaga bank sampah yang diprakarsainya itu tetap hidup dan bisa menghidupi pegiatnya. Budidaya maggot jadi kunci.
Mereka melakukan pengembangan dengan meriset budidaya maggot dengan memanfaatkan sampah dapur, sampah pasar, dan sampah pedagang buah. Mereka berhasil mengintegrasikan budidaya maggot dengan budidaya ikan dan ayam. Langkah ini membuat mereka bisa menekan ongkos pakan. Keberhasilan ini membuat Tim Penggerak PKK Kecamatan Kalitidu meminta mereka untuk berbagi ilmu tentang olah sampah organik dengan metode maggot BSF.
Melewati masa krisis, pengurus bank sampah mendapat kepercayaan lagi dari PT Pertamina EP Cepu Zona 12 dengan program budidaya maggot yang diintegrasikan dengan budidaya ikan dan unggas. Cakupan Bank Sampah Mandiri mulai berkembang, dari kegiatan pengelolaan sampah anorganik merambah ke sampah organik. Mereka mengajak anak-anak muda dan ibu-ibu rumah tangga untuk mulai berternak ikan dan unggas dan mengombinasikannya dengan metode BSF.
Tahun 2022, Imam Muhlas mendirikan Maggot Center Bojonegoro (MCB) yang menjadi rujukan banyak orang, termasuk mahasiswa Unigoro. Di MCB, berdirilah komunitas anak muda pembudidaya ikan bernama Pokdakan Mina Jaya. Selain menjadi tempat budidaya ikan, MCB menjadi tempat anak-anak muda belajar berbisnik maggot beku, maggot kering, dan telur maggot untuk melayani peternak lokal dan peternak luar kecamatan.
Cepatnya perkembangan Imam Muhlas dan kawan-kawan semakin menumbuhkan kepercayaanPT Pertamina EP Cepu Zona 12 Zona 12Perusahaan mendukung konsep pengelolaan sampah plastik menjadi BBA (Bahan Bakar Alternatif) dengan menggunakan metode mesin fast pyrolisis. Imam Muhlas sudah mengaplikasikannya untuk traktor, mobil L300, dan mobil Panther. Alhamdulillah sukses.
Sejak Okrober 2023, hampir setiap malam mereka memberikan layanan gratis kepada warga sekitar lokasi. Muhlas dan kawan-kawan menghadiri pengajian dan majelis sholawat, tanpa harus kebingunan bahan bakar.
Banyaknya kunjungan dari dalam maupun luar Bojonegoro membuat Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi melakukan studi tiru ke Sendangharjo. Mereka belajar pengolaan sampah plastik dengan sistem mesin fast pyrolisis. Imam Muhlas dan kawan-kawan juga menandatangani nota kesepahaman dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bojonegoro dalam pengelolaan sampah.
Tujuh tahun berjalan banyak pengalaman dan ilmu yang diperoleh pengurus dan anggota Bank Sampah Mandiri Keluarga Harapan. Kini mereka telah menjadi tempat pengelolaan sampah dengan konsep HIS (Holistic Integrated System). Sampah anorganik rosok, kardus, besi bisa dijual kembali. Sementara sampah organik bisa dikonversikan dengan metode BSF, dan sampah plastik dikonversikan menjadi BBA (Bahan Bakar Alternatif).
Imam Muhlas berharap akan ada lebih banyak pihak yang mau terlibat untuk mendukung konsepnya. Mereka masih butuh dua buah rumah pilah sampah lebih besar lagi untuk mengelola sampah beling, kaca yang akan dihaluskan dengan teknologi. Mereka juga perlu merambah ke pengelolaan sampah pertanian yang akan diintegrasikan dengan kambing maupun sapi, serta pengolaan limbah ternak utuk pupuk organik.
Imam Muhlas berharap HIS bisa menjadi energi terbarukan. Sampah tak hanya menjadi masalah, tapi juga menjadi berkah bagi pengelolanya. Bank Sampah Mandiri akan melebarkan sayapnya menjadi TPS 3R HIS (Tempat Pengolaan Sampah Reuse, Reduce, Re-cycle) berbasis Holistic Integrated System. Mereka bisa menjadi rujukan banyak pihak, untuk membuat konsep bimbingan belajar dengan bayar sampah, dan memberikan layanan lain dengan konsep memanfaatkan sampah.
Aksi nyata Imam Muhlas sejalan dengan komitmen berkelanjutan PT Pertamina EP Cepu Zona 12 (PEPC) dalam menciptakan nilai tambah dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan dari setiap kegiatan bisnis yang dijalankannya terhadap masyarakat. Sejak didirikan pada 2005 hingga tahun ini, PEPC genap berusia 18 tahun, dan telah mengejawantahkan visi misi menjadi perusahaan migas nasional berkelas dunia, dengan memegang teguh komitmen untuk menjaga prospek bisnis yang berkelanjutan, dengan memprioritaskan keseimbangan dan kelestarian alam, perlindungan terhadap lingkungan hidup serta kontribusinya terhadap terwujudnya kemandirian masyarakat.