Jakarta –Detakpos– PT Jasa Marga (Persero) Tbk, sebagai pengelola jalan tol terbesar di Indonesia, terus meningkatkan layanan bagi pengguna jalan tol melalui berbagai inovasi. Hal tersebut tidak telepas dari kepemimpinan (leadership) yang diterapkan oleh segenap pimpinan Jasa Marga.
Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani memaparkan, pada saat jalan tol pertama kali beroperasi, yakni Jalan Tol Jagorawi di tahun 1978, Jasa Marga adalah kepanjangan tangan Pemerintah. Jadi, sebagai perusahaan sekaligus regulator.
“Yang membangun, mengoperasikan, dan mengatur jalan tol, satu-satunya di Indonesia. Jadi, memang sebagai regulator dan birokrat,” jelas Desi saat mengisi sharing session pada Program Pengembangan Kepemimpinan Berjenjang (PPKB) Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Gedung Wisma Mulia II, Jakarta belum lama ini.
Ia menambahkan, memasuki tahun 2005, hak regulasi Jasa Marga diambil kembali oleh Pemerintah dan dikembalikan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Maka, Jasa Marga bukan lagi satu-satunya Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) di tanah air. Dengan kata lain, Jasa Marga juga harus berkompetisi dengan BUJT-BUJT yang lain.
“Nah, inilah satu milestone di Jasa Marga bagaimana dari birokrat yang kemudian menjadi pengusaha,” lanjut Desi.
Kini, masih menurut Desi, di tengah gencarnya Pemerintah membangun berbagai infrastruktur, sebagai pimpinan ia harus mengubah kultur yang sebelumnya birokratis, menjadi perusahaan yang kompetitif dengan memberikan service excellence.
“Dan bekerja lebih cepat berkali-kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya,” tegasnya.
Dalam kesempatan ini, Desi juga memaparkan mengenai Tata Nilai Perseroan yang dikenal dengan APIC (Agility, Profesionalism, Integrity Customer Focus).
Tak ketinggalan, Desi juga menyampaikan, berbagai inovasi Jasa Marga dari sisi pendanaan. Sampai sejauh ini, Jasa Marga telah menerbitkan sebanyak lima alternatif pendanaan sejak tahun 2017, seperti Sekuritisasi Pendapatan Tol, Project Bond_, Komodo Bond, Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) hingga yang paling anyar adalah Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA).
Paparan Desi Arryani mendapat respon positif dari para peserta. Heri Santosa, misalnya, terkesan dengan apa yang telah dilakukan oleh pimpinan Jasa Marga.
“Kalau saya bandingkan dengan OJK yang merupakan sublimasi dari Bank Indonesia, Kementerian Keuangan dan semuanya sebagai regulator. Namun, Jasa Marga ini bertolak belakang, yang tadinya regulator menjadi pebisnis jalan tol sehingga untuk melakukan transformasi itu luar biasa,” ujarnya.(dib)