Jakarta – Detakpos – Indonesia adalah negara yang rawan bencana. Berbagai bencana selalu menyertai setiap tahunnya. Trend bencana juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Tingginya bahaya bencana, seperti gempa, tsunami, erupsi gunungapi, banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, puting beliung, dan cuaca ekstrem, juga masih tingginya kerentanan dan masih rendahnya kapasitas menyebabkan tingginya risiko bencana.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dalam release yang diterima di Bojonegoro, Kamis (25/10), menjelaskan bencana adalah multidisiplin, multisektor, multidimensi dan multikomplek yang satu sama lain saling berkaitan.
“Penanganannya membutuhkan komprehensif yang berkelanjutan,” ujarnya.
Dari data yang diterima menyebutkan selama 2018, hingga Kamis (25/10/2018), tercatat 1.999 kejadian bencana di Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan bencana sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan hilang, 13.112 orang luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan terdampak bencana, 339.969 rumah rusak berat, 7.810 rumah rusak sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum rusak.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana cukup besar. Sebagai gambaran, gempabumi di Lombok dan Sumbawa menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 17,13 trilyun.
Begitu juga gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan kerugian dan kerusakan lebih dari Rp13,82 triliun. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah.
Dari data yang ada menyebutkan selama 2018, terdapat beberapa bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar yaitu banjir bandang di Lampung Tengah pada 26/2/2018 yang menyebabkan tujuh orang meninggal dunia.
Bencana longsor di Brebes, Jawa Tengah pada 22/2/2018 yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan tujuh orang hilang.
Banjir bandang di Mandailing Natal pada 12/10/2018 menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan dua orang hilang. Gempabumi beruntun di Lombok dan Sumbawa pada 29/7/2018, 5/8/2018, dan 19/8/2018 menyebabkan 564 orang meninggal dunia dan 445.343 orang mengungsi.
Bencana gempabumi dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 28/9/2018 menyebabkan 2.081 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang dan 206.219 orang mengungsi.
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat bencana pada tahun 2018 ini paling besar sejak 2007.
Jumlah kejadian bencana, kemungkinan hampir sama dengan jumlah bencana tahun 2016 dan 2017 yaitu 2.306 kejadian bencana dan 2.391 kejadian bencana. Namun dampak yang ditimbulkan akibat bencana 2018 sangat besar.
Selama 2007 hingga 2018, kejadian bencana besar yang menimbulkan korban banyak adalah pada 2009, 2010 dan 2018. Pada 2009 tercatat 1.245 kejadian bencana. Terjadi gempa cukup besar di Jawa Barat dan gempa di Sumatera Barat.
Dampak bencana selama tahun 2009 adalah 1.767 orang meninggal dunia dan hilang, 5.160 orang luka-luka, dan 5,53 juta orang mengungsi dan terdampak bencana.
Pada tahun 2010 tercatat 1.944 kejadian bencana. Beberapa kejadian besar terjadi secara beruntun selama 2010 yaitu banjir bandang Wasior, tsunami Mentawai, erupsi Gunung Merapi, dan erupsi Gunung Bromo.
Dampak yang ditimbulkan bencana selama tahun 2010 adalah 1.907 orang meninggal dunia dan hilang, 35.730 orang luka-luka dan 1,66 juta orang mengungsi dan terdampak bencana.
Selama tahun 2018 ini, bencana hidrometeorologi tetap dominan. Jumlah kejadian puting beliung 605 kejadian, banjir 506, kebakaran hutan dan lahan 353, longsor 319, erupsi gunungapi 55, gelombang pasang dan abrasi 33, gempabumi yang merusak 17, dan tsunami 1 kali.
Gempabumi yang merusak dan tsunami memang jarang terjadi. Namun saat terjadi gempabumi yang merusak seringkali menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi yang besar.
Statistik bencana tersebut makin menunjukkan bahwa negara kita rawan bencana.
Secara umum tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana-bencana besar belum siap.
Mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan. Pengurangan risiko bencana harus dimaknai sebagai investasi pembangunan nasional.
Tanpa itu maka dampak bencana akan selalu menimbulkan korban jiwa besar kerugian ekonomi yang besar.
Saat ini, wilayah Indonesia akan memasuki musim penghujan.
Diperkirakan banjir, longsor dan puting beliung akan banyak terjadi selama musim penghujan. Gempabumi tidak dapat diprediksi secara pasti. Rata-rata dalam setahun terjadi 5.000 – 6.000 kali gempa. Gempabumi dapat terjadi kapan saja terutama di daerah-daerah rawan gempa.
“Masyarakat diimbau untuk selalu waspada. Kenali bahayanya dan kurangi risikonya,” ucapnya. (*/d1)