Malang–Detakpos– Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meminta, masyarakat yang memilihara ayam kampung dengan cara dilepas atau diumbar, segera beralih pemeliharaan unggas dengan skala bisnis dan dikandangkan.
“Bagi masyarakat yang memelihara ayam kampung dengan cara diumbar, harap segera beralih dengan mengandangkan ayam peliharaannya.
Hal ini penting dilakukan untuk menjamin telur yang dihasilkan,” tuturnya.
Khofifah mengungkapkan imbauan ini sehubungan dengan hasil penelitian Jaringan Kesehatan Global (IPEN) yang menyebutkan, ayam buras (kampung) yang dipelihara secara umbaran dan mencari makan di tumpukan plastik di daerah Tropodo, Sidoarjo, memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah kedua sedunia, Sidoarjo.
Secara khusus untuk Pemkab Sidoarjo, pihaknya berharap agar segera melakukan koordinasi dengan camat,blurah dan kades setempat. Utamanya untuk melakukan pembinaan kepada peternak ayam petelur agar melakukan budidaya secara higienis.
“Saya harap Pemkab Sidoarjo segera koordinasi dengan seluruh jajarannya, agar bisa melakukan pembinaan untuk budidaya higenis maupun kandangisasi. Hal ini penting, karena tugas pemerintah adalah memberikan solusi terbaik bagi masyarakat termasuk peternak,”tutur Khofifah.
Sebanyak 96,3 persen telur di Jawa Timur dihasilkan dari ayam ras petelur yang sudah menerapkan good farming practices, dan sisanya 3,7 persen telur dari ayam buras/kampung yang belum dikandangkan secara permanen, di antaranya ditemukan di daerah Tropodo.
Untuk memastikan bahwa peternakan rakyat sudah menerapkan good farming practices maka Gubernur Khofifah didampingi dinas peternakan provinsi Jatim, Bupati Malang serta Dekan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya melakukan kunjungan langsung ke daerah peternakan rakyat ayam petelur di Plumpang – Malang.
Kunjungan tersebut difokuskan di peternakan milik H Kholik yang memiliki populasi sekitar 300 ribu ekor ayam, dengan produksi telur sekitar 14 ton/hari atau setara 210 ribu butir/hari.
Di mana, di peternakan ini quality controlnya sangat terjaga. Bahkan, telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A atau kualitas terbaik.
“Telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A dengan kualitas terbaik. Sedangkan yang Grade B tidak dipasarkan. Untuk itu, telur-telur ini sangat aman dikonsumsi masyarakat,” kata Khofifah.
Gubernur mengimbau masyarakat tidak perlu cemas dan khawatir mengonsumsi telur yang diproduksi peternak ayam petelur Jatim.
Hal ini karena, yang telur yang beredar di masyarakat adalah telur yang sehat dan diproduksi dengan menerapkan pola good farming practices.
Good farming practices sendiri adalah tatalaksana peternakan yang meliputi segala aktivitas teknis dan higinis dalam hal pemeliharaan sehari-hari, cara dan sistem pemberian pakan, sanitasi, serta pencegahan dan pengobatan penyakit.
”
Sebanyak 96,3 persen telur di Jawa Timur dihasilkan dari ayam ras petelur yang sudah menerapkan good farming practices, dan sisanya 3,7 persen telur dari ayam buras/kampung yang belum dikandangkan secara permanen, diantaranya ditemukan di daerah Tropodo.
Untuk itu, masyarakat jangan khawatir karena telur dari Jatim sehat dan tidak mengandung racun,” terang Khofifah sapaan akrab Gubernur Jatim saat melakukan kunjungan ke Kelompok Telur Intan di Kecamatan Tumpang, Malang, Minggu (17/11).
sumber: Humasprovjatim
Editor : A Adib