JAKARTA – DETAKPOS.COM – Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terjadi pada Minggu malam (3/11) di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menyebabkan sejumlah korban jiwa, kerusakan material yang signifikan, dan ribuan warga terpaksa mengungsi. Aktivitas vulkanik yang dimulai sekitar pukul 23:57 WITA ini mengakibatkan gunung yang sebelumnya berstatus Siaga (Level III) naik ke status AWAS (Level IV) pada Senin dini hari (4/11).
Berdasarkan hasil pemantauan vulkanik yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Erupsi yang terjadi pada Minggu malam tercatat memiliki amplitudo maksimum 47,3 mm dan durasi 1.450 detik. Mengingat ancaman yang ditimbulkan oleh aktivitas vulkanik tersebut, status gunung ini dinaikkan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (AWAS). Masyarakat yang tinggal di radius 7 km dari puncak gunung diminta untuk segera mengungsi dan menghindari daerah rawan bencana.
Akibat erupsi ini, ribuan warga terpaksa mengungsi untuk mencari tempat yang lebih aman. Jumlah pengungsi yang sebelumnya tercatat sebanyak 2.472 jiwa kini meningkat menjadi 4.436 jiwa, tersebar di beberapa titik pengungsian yang tersebar di enam kecamatan. Para pengungsi saat ini tinggal di rumah-rumah warga atau fasilitas umum yang telah disiapkan sebagai tempat penampungan sementara. Pemda setempat bersama BPBD telah bekerja keras untuk memastikan kondisi pengungsi tetap aman dan terjaga.
Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M, mengunjungi lokasi pengungsian pada Selasa (5/11) untuk memastikan kebutuhan dasar pengungsi dapat terpenuhi. Dalam pernyataannya, Suharyanto memastikan bahwa selama masa tanggap darurat, kebutuhan dasar para pengungsi seperti makanan, air bersih, tempat berlindung, pakaian, serta susu bayi akan diberikan tanpa terkecuali. “Kami pastikan seluruh kebutuhan dasar para pengungsi akan kita penuhi selama masa tanggap darurat ini,” ujar Suharyanto. BPBD setempat telah mendirikan dua dapur umum untuk memasok makanan dan menyediakan logistik lainnya, termasuk air mineral, selimut, kasur lipat, dan perlengkapan medis untuk merawat korban yang terluka.
Terkait korban akibat erupsi, hingga kini tercatat 9 orang meninggal dunia, sementara 31 orang mengalami luka berat dan 32 orang lainnya luka ringan. Tim medis dari Puskesmas setempat, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Flores Timur, serta petugas medis lainnya telah diterjunkan untuk memberikan perawatan di rumah sakit dan fasilitas pengungsian. Selain itu, Pusat Krisis Kesehatan dan Direktorat Pengelolaan Kefarmasian BNPB juga mengirimkan bantuan berupa obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya untuk mendukung proses pemulihan korban.
Potensi Ancaman Lahar dan Hujan Abu
Meskipun erupsi utama telah terjadi, potensi ancaman lahar hujan dan hujan abu vulkanik masih mengancam masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki. BNPB mengingatkan, apabila hujan dengan intensitas tinggi terjadi, lahar hujan dapat terjadi, terutama di kawasan hulu sungai yang berasal dari gunung tersebut, seperti Desa Dulipali, Padang Pasir, dan Nobo. Masyarakat di wilayah tersebut diminta untuk tetap waspada dan menghindari daerah rawan lahar. Selain itu, hujan abu yang melanda sejumlah wilayah juga mengancam kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pihak berwenang mengimbau agar warga yang terdampak menggunakan masker untuk melindungi saluran pernapasan mereka dari partikel-partikel abu yang dapat membahayakan kesehatan.
Pemerintah Kabupaten Flores Timur dan BPBD telah menetapkan status Tanggap Darurat dengan nomor BPBD.300.2.2.5/24/BID.KL/XI/2024 yang berlaku selama 58 hari, mulai 4 November hingga 31 Desember 2024. Penetapan status ini bertujuan untuk memastikan upaya penanggulangan bencana dapat dilaksanakan secara lebih terkoordinasi dan efektif.
BNPB juga mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki untuk tetap waspada dan selalu mengikuti arahan dari pemerintah setempat serta tim penanggulangan bencana. Warga di radius 7 km dari puncak gunung diminta untuk tidak beraktivitas di luar rumah dan memperhatikan potensi bahaya lahar hujan dan abu vulkanik. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk mematuhi protokol kesehatan dan hanya mempercayai informasi yang berasal dari sumber resmi.(D/5)