Pewarta: Hadi
Bojongoro – Detakpos – Gabungan Pengusaha Kontraktor Seluruh Indonesia (Gapeksindo) Cabang Bojonegoro, Jawa Timur, akan mendorong seluruh kuli bangunan, tukang, mandor, apalagi kontraktor yang tergabung dalam organisasinya bersertifikasi.
Ketua DPC Gapeksindo Bojonegoro Asyiar Gatut Amansari, di Bojonegoro, Selasa (8/11), menjelaskan ketentuan adanya sertifikasi bagi tenaga kerja termasuk kontraktor diatur di dalam Undang-Undang (UU) No. 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
“Ya, kita tengah mendorong itu (kontraktor juga tenaga kerja lainnya). Agar kualitas atau mutu para tukang, kuli maupun mandor lebih meningkat,” kata dia saat Rakerkab, Selasa (7/11).
Ia menyebutkan kontraktor seluruh Bojonegoro yang menjadi anggotanya sebanyak 46. Karena dalam perkembangannya semuanya harus menguasai teknologi informasi (TI).
“Sekarang dalam tender polanya dengan TI, sehingga semua kontraktor harus menguasai TI,” kata dia menegaskan.
Ia juga menjelaskan para kontraktor bisa membiayai para pekerjanya untuk ikut program sertifikasi tersebut. Sebab, proyek di Bojonegoro skalanya besar-besar, seperti Lapangan Migas Jambaran Tiung Biru (JTB) yang kini sedang berlangsung yang terlibat harus bersertifikasi.
“Perlu disiapkan tenaga jasa kontruksi yang profesional. Selain kita memastikan kemampuan teknis, sertifikasi juga diperlukan untuk membentengi tenaga konstruksi di Indonesia dari serbuan tenaga konstruksi asing,” paparnya.
Pada kesempatan itu, Ketua Gepeksindo Jawa Timur, Adi Purwoto menambahkan, secara nasional jumlah tenaga konstruksi yang telah memiliki sertikat keahlian baru tujuh persen dari total delapan juta tenaga jasa konstruksi.
“Di Jawa Timur sendiri jumlah tenaga konstruksi yang telah bersertifikat baru 15 ribu dari total jumlah tenaga konstruksi sebanyak 750 ribu orang. Kita targetkan tahun depan ada 60 ribu tenaga konstruksi dari Jatim yang sudah bersertifikat,” tandasnya.
Adi juga telah meminta Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), selaku lembaga yang bisa melakukan proses sertifikasi diminta aktif melakukan jemput bola ke proyek-proyek yang ada di Jawa Timur, termasuk di Bojonegoro.
“Sertifikasi bagi tenaga konstruksi memang tidak gratis karena proses pengujian keahlian dibutuhkan material untuk praktek. Biayanya biasanya sekitar Rp300 ribu saja,” ucapnya menambahkan. (*/detakpos)