Surabaya–Detakpos-Surabaya International Jewellery Fair 2019 (SIJF), kembali digelar di Surabaya.
Ini adalah ke-24 kalinya pameran SIJF diselenggarakan di kota ini. Pameran emas dan perhiasan terbesar yang sekaligus untuk memperingati HUT ke-74 Provinsi Jatim ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Shangri-La Hotel Surabaya, Kamis, lalu.
Saat membuka SIJF, Khofifah mengungkapkan, perkembangan industri perhiasan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari kontribusi Jatim.
Industri perhiasan Jatim pada Semester I tahun 2019 berkontribusi sekitar 49,65% terhadap produksi perhiasan nasional. Hal ini didukung oleh 32 unit industri perhiasan skala besar dan menengah dan 513 unit industri perhiasan skala kecil yang didominasi oleh industri barang perhiasan dan logam mulia.
“Tentunya industri perhiasan Jatim tidak hanya memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi termasuk PDRB, tapi ini juga akan menjadi referensi dunia terhadap industri emas dan perhiasan, apalagi saat ini Indonesia ada di peringkat sembilan industri perhiasan dunia. Kami harap ini menjadi daya dorong dan daya ungkit perekonomian kita,” kata Khofifah.
Permintaan produk perhiasan Jatim terutama untuk ekspor ke mancanegara, sebut Khofifah, terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS, ekspor produk perhiasan/permata Jatim pada periode Januari-September 2019 telah mencapai USD 2,59 Milyar atau meningkat 19,88% dibandingkan periode tahun 2018.
Sedangkan produk perhiasan dari logam mulia lainnya, barang perhiasan disepuh atau dipalut dengan logam mulia atau tidak pada periode Januari hingga September mencapai USD 1,43 Milyar atau meningkat 71,31% dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar USD 1,02 Milyar.
Untuk itu dalam beberapa pertemuan baik dengan Menko Perekonomian, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Bank Indonesia maupun kementerian terkait, Khofifah menyampaikan usulannya terkait besaran bea masuk ekspor perhiasan dari Jatim ke beberapa negara seperti Uni Emirat Arab (UEA). Sebagai contoh, bea masuk ekspor perhiasan dari Jatim langsung ke UEA sebesar 5 persen, sedangkan melalui Singapore hanya 2,5 persen.
“Ekspor perhiasan Jatim ke UEA sebenarnya cukup siginifikan, hanya bea masuknya masih lebih tinggi daripada lewat Singapore. Padahal UEA memberikan bea masuk kepada Singapore nol persen. Ini menjadi PR kita dimana sangat banyak produk ekspor kita yang tidak bisa langsung ke tempat tujuan karena harus melalui negara transito,” katanya.
Terkait hal ini, dirinya berharap ada fasilitasi baik dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, maupun Kementerian Luar Negeri. Dengan begitu, hal ini akan memberikan signifikansi terhadap peningkatan industri perhiasan terutama emas baik bagi Jatim maupun nasional.
Sementara itu, Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian RI Gati Wibawaningsih mengatakan, industri perhiasan di Indonesia saat ini terus berkembang. Nilai ekspor perhiasan Indonesia dari Januari hingga Agustus 2019 sebesar USD 1,47 milyar, naik 13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Perhiasan Indonesia ini diekspor ke berbagai negara seperti Singapore, Swiss, Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab.
“Kami mengapresiasi Asosisasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) yang sudah 24 kali menyelenggarakan pameran ini. Termasuk kepada Pemprov Jatim yang terus mendorong berkembangnya industri perhiasan apalagi pameran seperti ini hanya diselenggarakan di Jakarta dan Jatim yakni Surabaya,” katanya.
Berbagai tipe perhiasan model terkini standar internasional sampai buatan lokal yang tradisional dan artistik dipamerkan dalam SIJF dari tanggal 17-20 Oktober 2019 di Hotel Shangri-La Surabaya.
Para peserta terdiri dari 100 pengusaha baik dari industri perhiasan sampai dengan pengrajin IKM baik binaan dari Kementerian Perindustrian maupun Pemprov Jawa Timur dan berbagai pemerintah daerah di Indonesia. Selain perhiasan, dipamerkan pula mesin dan peralatan pembuatan perhiasan logam.
Sumber: Humaspemprovjatim.
Editor: A Adib