“Program tranformasi yang tadinya BUMN hanya mengandalkan asal balik modal, sekarang berubah total menjadi profit oriented,” ungkap Arief di Jakarta, Rabu (8/3).
Menurut Arief, BUMN didorong lebih berani mencari modal di luar negeri oleh Kementerian BUMN untuk meningkatkan permodalan dalam memperbesar aksi korporasi, merupakan cara yang berhasil untuk mengurangi ketergantungan pada dana APBN dalam bentuk penyertaan modal negara .
” Hasil kerja keras Kementerian BUMN untuk terus berbenah dalam mengurangi hambatan rentang birokrasi yang direalisasikan dalam bentuk Holding BUMN menjadi salah satu faktor yang meningkatkan kinerjanys,” papar wakil ketua umum DPP Partai Gerinda ini.
Dikatakan Arief, kerja keras ini dibuktikan pada tahun 2016 meraup laba Rp 164 triliun. Jumlah ini naik 10,1 persen dibandingkan 2015 sebesar Rp 149 triliun. Capital expenditure BUMN di 2017 mencapai Rp 468 triliun atau naik 57,6 persen dibandingkan tahun 2016 yang hanya Rp 287 triliun. Operational expenditure tahun ini mencapai Rp 1.788 triliun atau naik 17,8 persen dari tahun 2016 yang mencapai Rp 1.518 triliun.
Untuk aset 2016 juga tumbuh 9,8 persen dari sebelumnya Rp 5.760 triliun menjadi Rp 6.325 triliun di 2016. Di tahun ini, aset BUMN ditargetkan Rp 7.035 triliun. Kemudian, untuk ekuitas di 2016 mencapai Rp 2.333 triliun atau naik 12,2 persen dibandingkan 2015 sebesar Rp 1.990 triliun.
Untuk Ebitda 2016, Kementerian BUMN mencatatkan kenaikan 8,5 persen sebesar Rp 4.091 triliun. Sedangkan pendapatan 2016 sebesar Rp 1.802 triliun, pajak Rp 167 triliun, dan dividen Rp 37 triliun.
Dari kinerja seluruh BUMN menyumbangkan pajak ke negara sebesar 12,3 persen dari target Pendapatan pajak APBN 2016 perubahan sebesar Rp 1355 triliun. “Jika dari real penerimaan Rp 1.105 triliun tahun 2016 maka sektor BUMN menyumbangkan pajak sebesar 15,1 persen,” ungkap dia.
Penerimaan pajak dari BUMN sebesar Rp 167 triliun jika dibandingkan PMN BUMN yang dikeluarkan dari APBN 2016 sebesar Ro 44,38 triliun, menghasilkan penerimaan ke negara sebesar 276 persen.
Untuk Capex BUMN 2016 sebesar Rp 468 triliun memberikan kontribusi dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2016. Artinya capex BUMN cukup maksimal menopang pertumbuhan ekonomi dan menjadi salah satu andalan untuk membantu mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Capex untuk infrastruktur yang dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama belanja modal APBN untuk proyek infrastruktur dari pemerintah dengan menggandeng BUMN infrastruktur dan Telekomunikasi selama tahun 2016 juga memberikan harapan yang optimis terhadap pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 dan sesuai dengan pesan Presiden Joko Widodo meminta semua pelaku bisnis di BUMN untuk optimistis dengan program dalam menjaga pertumbuhan ekonomi (PE).(detakpos)