Jakarta–Detakpos– Pekerjaan Rumah (PR) besar para menteri yang dipilih oleh Presiden Joko Widodo – KH Ma’ruf Amin, dan para direksi BUMN mendatang, harus bisa memanfaatkan perang dagang Amerika – China.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan hal itu bertujuan agar Indonesia mendapat keuntungan perekonomian, setelah kehilangan kesempatan.
“Saya pikir ini adalah peringatan pemerintah Joko Widodo periode kedua untuk berbuat lebih banyak lagi,”ungkap dia Jakarta, Sabtu (5/10).
Apalagi, lanjut dia, Jokowi berencana memotong besaran pajak perusahaan di Indonesia dari 25 persen menjadi 20 persen tahun depan.
” Artinya ini akan makin menarik investor dan pabrikan China dan Amerika untuk lebih banyak masuk ke Indonesia,”tutur dia.
Nah, Presiden Jokowi jangan sampai lengah jika tidak ingin ekonomi terperosok ke jurang krisis ekonomi
Menurut Arief, pemanfaatan keuntungan ekonomi dari perang dagang antara Amerika Serikat-China, ternyata di antara negara negara anggota ASEAN, Indonesia hanya jadi lame duck, di mana pemerintah Indonesia tidak punya kemampuan dan gagal memanfaatkan keuntungan peningkatan perekonomian nasional
Jika perang dagang Amerika-RRC terus berlanjut dan sudah mulai memberikan dampak krisis ekonomi global bukan tidak mungkin perekonomian Indonesia di periode kedua Joko Widodo akan sangat cepat terkena krisis ekonomi dan target pertumbuhan ekonomi bisa dibawah 4 persen nantinya .
Dan Indonesia adalah satu-satunya yang kalah’ akibat perang dagang AS-China yang memberikan keuntungan investasi di negara negara ASEAN.
“Vietnam adalah pemenang terbesar, sementara Malaysia, Singapura dan Filipina semuanya berhasil mengambil keuntungan bisnis dari pabrikan China yang menggeser jalur rantai pasokan mereka ke Amerika Serikat
Padahal Presiden Jokowi sudah sejak awal mendorong para menteri kabinet untuk bisa mengambil keuntungan dari situasi akibat perang dagang tersebut .
Bahkan Filipina yang tidak dikenal sebagai negara tempat pembuatan pabrik dan juga cukup banyak menerima FDI.
“Satu-satunya yang kalah tampaknya adalah Indonesia,”tutur dia.
Padahal, lanjut dia, Presiden Indonesia Joko Widodo sangat memperhatikan dampak keuntungan dengan alasan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
Joko Widodo menuntut agar para menteri kabinet bekerja lebih keras untuk mengambil keuntungan dari perubahan dalam saluran rantai pasokan barang barang produksi China ke Amerika dan sebaliknya.
Joko Widodo mengutip angka-angka Bank Dunia yang menyebutkan, dari 33 perusahaan China yang memindahkan operasi ke luar negeri, 23 memilih Vietnam sementara 10 lain pergi ke Malaysia, Thailand dan Kamboja, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Filipina telah Lebih awal memulai mengambil keuntungan bisnis akibat perang dagang dan kebanyakan dalam bentuk investasi asing langsung (FDI) yang lebih tinggi – ketika Washington dan Beijing melakukan pemotongan tarif selama 13 bulan terakhir dalam rangka meningkatkan rantai pasokan dan untuk memghindari guncangan ekonomi di seluruh dunia. Dunia akibat perang dagang tersebut
Menurut dia, dari sisi investasi China ,Vietnam merupakan negara sebagai penerima manfaat terbesar dari ekses perang dagang tersebut dengan terjadinya lonjakan arus masuk FDI dari Cina dan Hong Kong sepanjang paruh waktu tahun 2019 sebesar 73 persen.
Pada paruh , di mana FDI-nya melonjak 211 persen. Sedangkan Malaysia juga mencatat masuknya dana dari China yang meningkat sejak awal tahun 2019, setelah hampir dua tahun menurun.
Sementara Singapura juga menjadi pemenang karena perusahaan yang pindah ke Malaysia kemungkinan besar akan mermarkir dana dan mengambil pinjaman dari bank-bank di negara Singapora.(d/2).
Editor: AAdib