Surabaya–Detakpos.com – Guna mewujudkan kedaulatan pangan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) turut mendorong produktivitas para petani dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Caranya dengan HKTI memperkuat sinergi dan kolaborasi dengan para Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan), sehingga permasalahan yang dihadapi para petani dapat diselesaikan dari hulu hingga hilir.
“Kami berharap HKTI bersama gapoktan terus mendampingi dan mensupport para petani kita. Sehingga segala permasalahan yang dihadapi petani mulai hulu hilir seperti masalah pupuk, alsintan, dan lain
sebagainya dapat dicarikan solusi terbaik,” kata Khofifah saat menghadiri Pelantikan empat belas Dewan Pengurus Cabang (DPC) HKTI Provinsi Jatim di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa lalu.
Khofifah mengatakan, peran HKTI, gapoktan dan para petani sangat luar biasa dalam mewujudkan
swasembada beras untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
Apalagi saat pandemi Covid-19 yang menyebabkan berbagai sektor kehidupan terkena dampaknya,
sektor pertanian justru tumbuh positif, dan tidak mengalami kontraksi.
“Saat pandemi sektor pertanian tetap tumbuh positif bahkan mengalami peningkatan. Di Jatim sektor pertanian tidak mengalami kontraksi. Mohon tetap dijaga kekuatan dari para petani kita, apalagi kita tahu mendekati musim tanam ini permasalahan yang sering muncul adalah soal pupuk,” terangnya.
Tidak hanya itu, Khofifah juga meminta HKTI untuk membantu mencari solusi bersama atas
permasalahan petani terkait alat dan mesin pertanian (Alsintan), yakni terkait pengadaan dryer maupun Rice Milling Unit (RMU). Pada umumnya Gapoktan telah mengakses KUR. Jika belum lunas tidak bisa akses KUR lagi. Akses PEN juga tidak bisa. Kita harus berusaha agar Gapoktan dapat skema khusus agar
bisa melakukan pengadaan alat pengering dan penggilingan yang modern (Rice Milling Unit) sehingga produk padi bisa mencapai standart premium.
Hal ini dikarenakan sebagian besar produksi beras di Jatim kualitasnya masih medium, belum premium.
Ini dikarenakan kandungan air dalam beras masih tinggi. Solusinya butuh alat pengering.
“Para petani kita banyak yang membutuhkan dryer untuk meningkatkan kualitas beras dari medium ke
premium. Karena kalau kandungan air tinggi diproses penggilingan (RMU) maka hasil berasnya jadi
kurang baik maksimal. Brokennya banyak. Mohon ini bisa saling kita ihtiarkan cari solusi bersama,” kata orang nomor satu di Jatim.
Dalam kesempatan ini, Khofifah turut menyampaikan terimakasih kepada para petani Jatim yang sudah membangun penguatan di desanya masing-masing.
Sehingga Desa mandiri Jatim menjadi yang Tertinggi se-Indonesia. Dari 7.724 desa di Jatim, 697 merupakan desa mandiri, 3.283 merupakan desa maju, dan 3.742 adalah desa berkembang. Tahun 2021
kematin bahkan menurut IDM Kemendes PDTT sudah tidak ada desa tertinggal di Jawa Timur.
Tidak hanya itu, berdasarkan data yang dirilis BPS, di Tahun 2021 Provinsi Jawa Timur kembali
menduduki peringat pertama penghasil padi terbesar di Indonesia dengan total 9.91 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
Pada tahun 2020, Provinsi Jawa Timur juga menduduki peringat pertama penghasil padi terbesar di Indonesia dengan total 9.94 juta ton GKG. Jawa Timur juga merupakan provinsi dengan lahan panen terluas se-Indonesia yaitu 1.702.426,36 hektar. Jatim juga menduduki posisi pertama jika ditinjau dari nilai PDRB dari sektor pertanian.(HMS)
Editor: AAdib