Bandar Lampung-Indonesia memiliki kekayaan biota laut melimpah, termasuk komoditasikan. Selain bisa menjadi berbagai jenis makanan dari olahan ikan segar, ikan tersebut dapat diolah menjadi ikan asin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume ekspor ikan asin nasional pada periode Januari hingga November 2021 sebanyak 8,96 juta kg dengan nilai sebesar US$ 93,17 juta. Nilai tersebut meningkat 0,69% dibandingkan periode
sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 92,53 juta.
Dalam salah satu agenda kunjungan kerja di Provinsi Lampung, Sabtu (12/02), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengunjungi Pulau Pasaran, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung.
Sebagian populasi penduduk di Pulau Pasaran berprofesi sebagai nelayan dan pengolah ikan asin, khususnya ikan teri asin.
Dengan penduduk berjumlah kurang lebih 1.900 penduduk dan 342 Kepala Keluarga di
Pulau Pasaran, terbagi atas beberapa kelompok masyarakat, yakni 5 kelompok pengolah
dengan 48 pengolah, 2 kelompok nelayan rajungan, 2 kelompok pembudidaya ikan, dan 10 kelompok kerang hijau.
Tenaga kerja yang menekuni industri rumahan ikan asin di pulau tersebut berjumlah sekitar 765 orang. Kebanyakan dari mereka adalah ibu rumah tangga yang berasal dari luar Pulau Pasaran.
Menko Airlangga juga mengapresiasi kepada ibu-ibu pengolah ikan asin tersebut.
“Bagus sekali usaha ibu-ibu untuk mengolah ikan asin, jadi bisa membangkitkan
perekonomian lokal di sini. Ikan asin juga menjadi salah satu makanan yang disukai
masyarakat Indonesia, tidak hanya untuk konsumsi lokal, tapi juga diekspor,” ungkap Menko Airlangga.
Rata-rata produksi ikan teri asin di wilayah tersebut yakni kurang lebih sebanyak 3 ton/bulan untuk setiap pengolah, sehingga produksi total diperkirakan sebanyak 120-150 ton/bulan atau sekitar 1.140 ton/tahun.
Adapun beberapa jenis ikan teri asin yang diproduksi adalah teri nasi super, teri nasi biasa, teri buntiau, teri rc, teri jengki, dan teri katak. Rentang harga jual per kilogram dari yang termahal yaitu ikan teri nasi super senilai Rp120 ribu/kg sampai termurah yakni ikan teri katak senilai Rp50 ribu/kg.
Produk tambahannya adalah
cumi asin dan ikan tanjan.
Dalam hal pemasaran ikan teri asin tersebut, sebanyak 50% hasil produksi dipasarkan ke
DKI Jakarta, sebanyak 30% ke wilayah di Medan, Padang, Jambi, dan sekitarnya, kemudian sebanyak 10% ke wilayah di Karawang, Cianjur, Bandung, dan sekitarnya, serta 10% ke pasar lokal di Lampung.
Keunggulan ikan teri nasi Pulau Pasaran bisa dilihat dari sistem pengolahan ikan teri yang direbus di atas kapal setelah penangkapan, dengan tujuan menjaga kualitas ikan.
“Saya harap usaha pengolahan ikan asin di Pulau Pasaran ini akan semakin berkembang,
sehingga akan berkontribusi lebih besar kepada produksi ikan asin di Indonesia. Untuk
kualitas sebaiknya juga dapat semakin ditingkatkan agar menjadi pilihan ikan asin utama di
negara ini,” tutup Menko Airlangga.
sementara itu Mahendra, salah seorang pengusaha Ikan Asin di Lampung ketika dihubungi oleh menyatakan kepedulian Menko Perekonomian Airlangga Hartarto terhadap usaha Ikan asin menunjukan bahwa pemerintah sangat peduli untuk usaha ini.
Mahendra pun sangat bangga, seorang Menko Perekonomian seperti Airlangga mau blusukan ke tempat pengolahan Ikan asin. Padahal baunya tidak sedap dan banyak lalat.
“Ini menunjukan kalau Airlangga itu sosok pemimpin yang mau turun melihat usaha ekonomi rakyat sampai ke bawah. Karena itu kami para pelaku usaha Ikan asin sangat bangga dengan pak Airlangga,”pungkas dia(HMS).
Editor:A Adib)