Jakarta–Detakpos-Lirik lagu Hari Lebaran karya Ismail Marzuki pun berubah. Ada isu virus corona di lirik itu. Tapi tone dan spirit lagu itu tetap gembira.
/“Setelah berpuasa
satu bulan lamanya
Walau ada corona
tak berkurang hikmatnya
/Kini kita beridul fitri
berbahagia
Walau tak bisa mudik
ke kampung halaman
/Tak bisa jabat tangan
Tapi bermaafan
/Walah jarak berjauhan
Tapi hati berdekatan
/Minal Aidin Walfaizin
Maafkan lahir dan batin”
Perubahan lirik lagu itu, dan spirit positifnya, mungkin mengambarkan suasana batin rakyat Indonesia. Kita memang punya alasan untuk gembira.
Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pun mengajak meihat populasi, Indonesia negara keempat terbesar di dunia. Dari segi geografis, negara Indonesia juga lebih dekat dengan China dibandingkan negara Eropa atau Amerika Serikat.
Tapi lihatlah angka yang terpapar virus corona hingga di hari lebaran ini, tanggal 24 Mei 2020 di Worldometer.
Negara yang paling banyak terpapar virus corona, rangking 1- 30 adalah negara Amerika Serikat dan Eropa. Menyusul sebagian negara Asia dan Amerika Latin. Indonesia di rangking ke 31.
Denny juga mengajak melihat juga ukuran yang terpapar virus corona per satu juta populasi dunia. Di Amerika Serikat, per 1 juta populasi, warga terpapar sebanyak 5.039. Di Spanyol per 1 juta populasi, warga terpapar virus corona sebanyak 6.040. Atau di United Kingdom, per 1 juta populasi, warga yang terpapar virus corona sebanyak 3.790.
Tapi di Indonesia, per 1 juta populasi, warga terpapar virus corona hanya 80.
“Tidakkah kita beruntung? Bukankah itu alasan kuat untuk bergembira,”ungkap Denny JA via WAG, kemarin.
Tapi bagaimana jika data di atas bukan angka sebenarnya? Bagaimana jika kecilnya populasi terpapar di Indonesia sebenarnya karena kesalahan data belaka? Karena sedikitnya test warga terpapar corona?
Katakanlah data sebenarnya 10 kali lipat dari angka resmi. Angka terpapar sebenarnya adalah 80 warga dikali 10 sama dengan 800 warga.
Angka 800 warga per satu juta populasi pun masih sangat sedikit dibandingkan negara lain yang di atas 3000-an.
“Terlepas dari data itu, untuk Hari Raya, sebaiknya memang kita bergembira. Lebih tepatnya, Hari Raya layak kita pilih sebagai hari untuk menggembirakan diri, keluarga, tetangga, dan publik luas,”pungkas Denny JA.(d/2).
Editor: A Adib