Tuban – Detakpos – Forum Transparansi Gula Nasional (FTGN) Yogyakarta mengembangkan tebu berkualitas hasil kultur jaringan di lahan petani seluas 2 hektare di Desa Pacing, Kecamatan Parengan, Tuban, Jawa Timur, sebagai usaha meningkatkan produksi tebu, Selasa (12/11).
Ketua FTGN Yogyakarta Supriyanto Sardjowikarto, kepada detakpos di Bojonegoro, menjelaskan penanaman bibit tebu berkualitas hasil kultur jaringan hari ini di tanam di lahan petani tebu milik Supardi Gofar di Desa Pacing, Kecamatan Parengan.
Penanaman tanaman tebu berkualitas hasil kultur jaringan selain juga dihadiri Supriyanto Sardjowikarto dengan jajarannya juga pemilik lahan Supardi Gofar yang juga Ketua Tani Panci Tani Desa Pacing, Kecamatan Parengan, Tuban.
“FTGN mendampingi proses penanaman tebu berkualitas hasil kultur jaringan mulai pengolahan tanah, awal tanam sampai akhir panen juga pemasarannya agar memperoleh produksi yang maksimal juga harga yang memadai,” kata dia menegaskan.
Lebih lanjut ia yang didampingi Ketua Bidang Pemberdayaan Petani FTGN Ardianto Santoso menjelaskan beberapa tahun terakhir ini petani tebu mulai kurang bergairah untuk menanam tebu. Bahkan, di beberapa daerah mereka mulai mengalihkan fungsi lahannya ke tanaman jagung.
Hal ini disebabkan karena pendapatan petani dari budidaya menanam jagung lebih tinggi dibandingkan dengan hasil menanam tanaman tebu. Selain itu hasil panen tanaman jagung dapat langsung dijual dan mendapatan hasil.
“Sedangkan kalau menanam tanaman tebu petani masih harus menunggu gulanya laku dijual oleh pabrik gula,” ujarnya menambahkan.
Menurut dia, Jika hal ini dibiarkan maka lambat laun tanaman tebu Indonesia akan punah sehingga program swasembada gula yang selalu didengung-dengungkan pemerintah selama ini akan menjadi suatu keniscayaan.
“Bahkan alih-alih kita akan menjadi sepenuhnya tergantung pada suplai gulai pasir dari negara lain,” ujarnya.
Saat ini, lanjutnya, paradigma yang berkembang seakan-akan menghajati bahwa swasembada gula hanya dapat dicapai melalui pengembangan lahan tebu (ekstensifikasi) dengan memerlukan biaya yang sangat besar.
Hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar manakala kita mau mencermati kualitas tebu yang dihasilkan dan performa pabrik gula yang menjadi patner petani tebu.
“Jika kita mau mencermati masalah pokok yang ada dalam budidaya tanaman tebu saat ini adalah ketidak tersediaan benih tebu unggul berkwalitas. Hal ini selalu menjadi persoalan klasik bagi petani tebu khususnya petani tebu di jawa sebagai sentral produksi gula,” tuturnya.
Yang jelas, masih menurut Supriyanto, kebutuhan benih unggul berkulitas mutlak diperlukan mengingat luasan lahan petani tebu di jawa yang sangat terbatas sehingga upaya untk mencapai peningkatan pendapatan petani hanya bisa dicapai melalui intensifikasi lahan.
“Salah satu upaya intensifikasi yang paling pokok adalah tersedianya benih unggul berkualitas dengan indikator produktifitas dan tingkat rendemen yang tinggi,” ucapnya menegaskan.
Ia menambahkan hari ini FTGN hadir untuk menjawab permasalahan ketiadaan benih ,bekerja sama dengan petani tebu membuat program pengembangan benih tebu unggul berkualitas di Tuban.
Melalui program ini FTGN berharap kedepan akan terbentuk percontohan komunitas petani Kelompok Petani Tebu Sadar Benih (POKDARNIH) di Kecamatan Parengan, Tuban.
Selanjutnya diharapkan dapat berkembang kedaerah-daerah lain sehingga pada gilirannya akan dapat menyumbang peningkatan produksi gula nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
“Produksi tanaman tebu dengan memanfaatkan benih berkualitas hasil kultur jaringan bisa menghasilkan produksi dua kali lipat dibandingkan dengan benih yang ada selama ini,” kata Ardianto menambahkan. (*)
Penawarta : Agus S
Editor : Redaksi