Oleh : A Adib Hambali.(*
AKSI demonstrasi mengatasnamakan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) pada 11 April 2022, seperti kehilangan isu utama. Aspirasinya yang menonjol adalah penundaan pemilu dan jabatan 3 periode, itu sudah dijawab oleh Presiden Joko Widodo sebelum aksi.
“Jangan ada lagi jajarannya yang menyuarakan penundaan pemilu dan perpanjangan jabatan presiden,” kata Presiden Jokowi di hadapan para menteri dalam sidang kabinet paripurna.
Begitu juga soal harga minyak goreng. Presiden Jokowi telah menerapan kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) minyak goreng. Ini jadi pilihan solutif agar rakyat tidak terus didera kesulitan.
Justru yang menonjol dari aksi 11 April 2022, di tengah riuh rendah aksi mahasiswa, adalah berita Ade Armando dianiaya. Di tengah keramaian itu, entah berapa banyak yang beramai- ramai.
Ade terjatuh. Tidak hanya dipukul. Juga diinjak- injak. Pakaiannya dilucuti. Di satu video itu nampak Ade terguling. Dua tangannya melindungi wajah. Celana panjangnya dilucuti. Ia nyaris ditelanjangi.
Terdengar suara yang beragam di sana. Ada yang melindungi: “Sudah cukup. Cukup.” Ada yang menyeru: “Darahnya Halal!” Terdengar jelas suara emak- emak dan lainnya bersahutan: “”Buzzer, buzzer, bulan puasa, munafi, pengkhianat,
penjilat.”
Tak kalah mengerikan membaca komentar di luar berita, yang menanggapi berita soal peristiwa itu di media sosial. Di samping ada yang membela Ade, jauh lebih banyak yang senang terjadinya peristiwa itu.
Ade Armando tidak dianiaya karena isu penundaan pemilu dan presiden 3 periode. Sikapnya soal isu itu sama dengan arus gerakan mahasiswa saat itu. Ade juga menolak penundaan pemilu dan presiden 3 periode.
Polisi sudah menangkap para pelaku kekerasan. Akan segera diungkap motif sebenarnya dari pelaku kekerasan itu. Namun dari bahasa banyak pihak yang mengiringi kekerasan atas Ade Armando, itu bahasa dua agenda.
Pertama: kata “Buzzer, buzzer” Ini kata yang acap ditujukan kepada mereka yang dianggap “The True Believer, pembela bayaran kebijakan istana/Jokowi melawan para pengeritik Jokowi sejak pemilu 2014, dan berlanjut ke pemilu 2019.
Kedua, kata: “Darahnya Halal!” Ini ungkapan yang acap ditumpahkan kepada mereka yang dianggap menyerang bahkan menista doktrin agama kaum konservatif.
Dua istilah itu, Buzer dan Darahnya Halal sudah mengundang kebencian dan kemarahan massal.
Adalah pengamat dan peneliti LSI Denny JA menilai agaknya Ade Armando dianiaya karena perannya yang dicitrakan para pembencinya untuk dua agenda itu.
Ade, menurut Denny JA, oleh pembencinya, selama ini dianggap menjadi juru bicara paling vocal, pembela Jokowi, melawan dan menyerang para pembenci Jokowi. Ade selama ini juga dianggap sangat vocal menyerang keras politisasi Islam di ruang publik.
Para pembenci Ade tak bisa mengalahkannya melalui argumen di media sosial. ” Tak pula Ade bisa dikalahkan lewat jalur hukum,”tutur Denny. JA.
Momen itu tiba. Ade dianggap nekad masuk ke dalam “sarang musuh,” yang bukan komunitasnya, sebuah kerumunan massal. Tak hanya ada mahasiswa di sana yang murni untuk isu anti penundaan pemilu dan presiden 3 periode. Tapi bergabung pula “the Jokowi haters,” para pembenci Jokowi.
“Juga bergabung di sana segmen yang sejak lama mendendam dan marah kepada Ade Armando dan tak terlampiaskan.” Demikian Denny JA
Polisi mencatat ada akun media sosial yang mengumunkan kepada massa soal keberadaan Ade Armando di lokasi demo
Terjadilah peristiwa itu. Entah berapa lama pemukulan massal terjadi. Ada saksi mata yang menyatakan polisi datang 20 menit kemudian.
Selama itu pula Ade Armando dianiaya. Ia sendirian. Terkulai. Tak berdaya. Ia hanya mampu meliundungi wajah dengan dua tangannya.
Terasa tindakan kekerasan itu tak hanya ingin menganiaya Ade. Tapi juga ingin membuatnya malu dengan cara hampir menelanjangi Ade.
-Peristiwa yang menimpa Ade Armando bisa menimpa siapa saja.
Apa nyamannya hidup di masyarakat yang sangat terbelah? “Lalu perbedaan pandangan diselesaikan dengan kekerasan,”kata Denny.
Berkaca dari kasus Ade Armando, di samping kita memberikan rasa simpati kita pada Ade Armando selaku korban. Di sampung kita menyerukan pemerintah untuk lebih hadir dan tegas melindungi keberagaman.
*): Redaktur Senior Detakpos.com