KIB, Stop Cebong Vs Kampret

Oleh: A Adib Hambali (*

POLARISASI atau terbelahnya masyarakat terus membayangi, dan akan terus berulang menjelang Pilpres 2024, seperti yang terjadi Pilpres 2019.

Media Kernels Indonesia merekam percakapan di Twitter terkait penggunaan istilah cebong, kampret. Penelusuran yang dilakukan selama tujuh tahun ini memperlihatkan asal muasal penggunaan istilah tersebut.

Drone Emprit melakukan perekaman percakapan di Twitter sejak 1 Juli 2015-16 April 2022. Dengan menggunakan istilah terkait yaitu, cebong, kecebong, kecebonger, kampret, kampretos.

Pertama, istilah cebong atau kecebong yang kerap diidentikan dengan pendukung Presiden Joko Widodo, pertama kali ditemukan pada Mei 2015 di Twitter. Semakin banyak digunakan pada Agustus 2015.

Temuan Drone Emprit, akun pertama menyebut cebong itu adalah @Kage_yatsu pada 14 Mei 2015 yang mengomentari unggahan terkait tautan membahas Jokowi dan putranya Gibran Rakabuming Raka.

Lebih detail, penelusuran di Twitter dengan QUERY ‘cebong jokowi since:2015-4-1 until:2015-8-31″, ditemukan asosiasi ‘cebong’ dengan pendukung Jokowi pada bulan Mei 2015. Bulan Juni 2015 mulai digunakan, dan Agustus 2015 makin banyak ditemukan,” jelas Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi dikutip dari akun Twitternya, Senin (18/4/2022).

Temuan ini juga memperlihatkan bahwa penggunaan istilah cebong jauh sebelum pemberitaan Presiden Jokowi melepas kodok di kolam Istana Bogor pada 3 Januari 2016. Peristiwa itu kerap dianggap sebagai inspirasi penggunaan cebong sebagai sebutan pendukung Jokowi.

Pelepasan kodok oleh Jokowi di Istana Bogor (3 Januari 2016) bukanlah awal atau asal-usul sebutan ‘cebong’. Saat itu sebutan ini sudah sangat popular, sehingga Kaesang pun membuat joke tentang ‘kecebong’ (1 Januari 2016),” jelas Ismail.(Liputan6.com pada 18 April 2022,).

Setelah Pilpres 2019, peta social network analysis (SNA) memperlihatkan penggunaan cebong banyak dipakai kontra Jokowi. Namun, ada juga klaster kecil pro Jokowi yang menggunakan panggilan tersebut.

Kampret Muncul

Drone Emprit menemukan penggunaan kampret untuk merujuk pendukung Prabowo digunakan sejak Oktober 2015. Sebagai bentuk balasan panggilan cebong yang ditujukan kepada pendukung Jokowi. Namun, baru populer digunakan istilah kampret ada pertengahan 2018.

“Istilah ‘kampret’ sebagai balasan atas panggilan ‘cebong’ muncul bulan Oktober 2015. Kalau ‘cebong’ hidup di air, kebalikannya ‘kampret’ hidup di pepohonan secara terbalik. Awalnya istilah kampret belum banyak digunakan. Baru pertengahan 2018 ramai digunakan,” papar Ismail.

Namun, temuan Drone Emprit istilah kampret ini juga banyak digunakan oleh akun-akun pecinta K-Pop atau Korean pop.

“Panggilan ‘kampret’ ternyata bukan monopoli klaster Pro Jokowi kepada klaster kontra, meski dari peta SNA tampak yang paling aktif. Panggilan ini juga banyak digunakan oleh netizen umum dan K-poppers,” jelas Ismail.

Sebutan pihak yang kontra terhadap Jokowi bergeser setelah Pilpres 2019. Dari kampret menjadi kadrun alias kadal gurun.
Ismail mengatakan, istilah kadrun awalnya dibuat oleh dua akun yaitu @kebo_mangkrak dan @Manuputty1101 pada Januari 2018. Namun baru ramai digunakan setelah dipopulerkan oleh influencer Denny Siregar @Dennysiregar7 pada Agustus 2019.

Pada November 2018 akun @SiharMHSitorus banyak menggunakan istilah tersebut. Namun, belum banyak digunakan akun lain. Setelah diramaikan oleh Denny Siregar pada Agustus 2019, kadrun banyak dipakai untuk merujuk pihak kontra terhadap Jokowi.

“Baru setahun setelah itu, bulan Agustus 2019, akun @Dennysiregar7, tegas menggunakan nama ‘Kadal Gurun’ untuk merujuk ke klaster kontra. Lalu followernya mengusulkan istilah ‘Kadrun'” jelas Ismail.

Sementara istilah BuzzeRp dipopulerkan oleh @Dhandhy_Laksono dan @HokGie_ pada 2 Agustus 2019. Istilah ini digunakan ketika menyoroti serangan buzzer terhadap dokumenter Sexy Killers terkait industri batu bara yang disutradarai Dhandhy Dwi Laksono.

“Di Twitter dengan QUERY ‘buzzerp since:2017-1-1 until:2019-8-10 -from:buzzeRp_COSPLAY’ ditemukan akun @Dandhy_Laksono pertama kali memention ‘buzzeRp’ pada 2 Agustus 2019. Pada hari yang sama @HokGie_ juga menggunakan untuk konteks yang sama,” jelas Ismail.

Dalam satu tahun terakhir, hanya satu klaster yang aktif memention buzzeRp dan variasinya buzzerRp. Digunakan dari kalangan oposisi dan aktivis. Klaster yang dipanggil ‘buzzeRp’, yang dianggap dibayar jadi buzzer, tidak tampak dalam SNA.

Pilpres 2024, Joko Widodo tidak mencalonkan lagi setelah dua periode terpilih menjadi Presiden RI. Namun isu kecebong dan kampret nampaknya bakal terus bergulir

Terbelahnya masyarakat akan terus berulang jika perdebatan di seputar pemilihan presiden di Indonesia , dan tokoh tokoh seperti Ganjar Pranowo yang digambarkan sebagai tokoh yang mereprensentasikan atau banyak didukung oleh bekas pendukung Jokowi. Kemudian Prabowo yang pada 2019 didukung barisan FPI dan PA 212, serta Anies Baswedan yang merupakan metamorporsis dari Prabowo.

Hal ini didasarkan pada data pengamatan di medsos yang masih terus terjadi polarisasi jika membicarakan tokoh-tokoh tersebut, baik polarasisasi
secara eksesif populisme dan pengunaan politik identitas serta kebencian antara pendukung ketiga tokoh ini

Semenjak Pilpres 2019 berakhir polarisasi di masyarakat tetap terjadi meski Prabowo dan Sandi sudah bergabung dalam pemerintahan. Polarisasi yg terlalu lama dan makin tajam dapat berujung pada disintegrasi bangsa.

Pemerhati dan pengamat Intelijen Surya Fermana mengamati menjelang Pemilu 2024 diperlukan sosok yang bisa menyudahi polarisasi. “Airlangga adalah sosok yang mampu merangkul semua kalangan apalagi Partai Golkar punya track record sebagai partai pemersatu.

Sabtu, 04 Jun 2022 23:40 WIB

Adalah Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PPP Suhasro Monoarfa, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan didampingi jajaran elite partai masing-masing melakukan konferensi pers terkait Silaturahmi Nasional Koalisi Indonesia Bersatu, Senayan, Jakarta, Sabtu (4/6/2022) malam. (CNNIndonesi)

– Sebanyak tiga ketua umum partai politik yang tergabung di dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menandatangani nota kesepakatan atau kesepahaman.
Penandatanganan itu berlangsung dalam acara Silaturahmi Nasional KIB yang digelar di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (4/5) malam.

Tiga pucuk pimpinan Parpol itu adalah Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan alias Zulhas, dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa.

Airlangga menyampaikan KIB dibangun untuk menghentikan politik identitas dan mencegah masyarakat terbelah.

KIB bakal memprioritaskan politik yang tenteram demi mencegah perpecahan terjadi di tengah masyarakat.

Ke depan akan kita bangun agar politik kita bukan politik identitas dan ini sesuai dengan apa yang diupayakan agar masyarakat kota tidak terbelah. Sesuai dengan judul koalisi ya, bersatu. Tentu kepentingan utama adalah rakyat.

*(Redaktur senior Detakpos.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *