Lamongan – Detakpos – “Kebanyakan petani kita enggan beralih dari iimu kebiasaan. Olah tanah biasanya begini, pake benih biasanya ini, pupuk biasanya segini, dan seterusnya, ” katanya saat menjadi pembicara dalam Pekan Nasional (Penas) Petani Nelayan XV di Banda Aceh, Aceh, Minggu (7/5).
Untuk merubah mindset itu, lanjutnya, petani harus diberikan contoh nyata. Dengan demikian mereka bisa melihat hasil nyata, bagaimana jika pertanian menerapkan metode modern secara disiplin hasilnya bisa berlipat.
Dalam Penas yang juga menggelar event Kongres Perbibitan dan Pembenihan Nasional ini, Bupati Fadeli diminta membagi kiat suksesnya dalam mengembangkan pertanian jagung modern.
Itu terutama terkait keberhasilan Lamongan menerapkan pertanian jagung dengan metode modern. Sehingga mampu menaikkan produktivitas jagung yang semula 5,8 ton menjadi 11,8 ton perhektar.
Menurut dia, kawasan pertanian modern itu sengaja dibuka untuk menjadi sekolah belajar bagi semua petani. Harapannya, metode yang sama bisa diterapkan oleh petani di luar kawasan percontohan.
Dipaparkan olehnya, pemanfaatan teknologi modern menjadi kunci penting. “Jika kita ingin meningkatkan produksi dan produktivitas, namun dengan biaya yang minim, teknologi menjadi sangat penting, “ katanya.
Di Lamongan, lanjut dia, pertanian jagung modern memanfaatkan teknologi terbaru yang disesuaikan dengan agroekologi dan sosial ekonomi petani.
“Dan yang lebih penting lagi, teknologi ini harus yang produktif dan efisien serta bisa memberi keuntungan bagi petani, “ ujarnya.
Penggunaan teknologi itu seperti dijelaskannya meliputi penggunaan benih varietas unggul adaptif, dan pupuk harus sesuai rekomendasi. Kemudian penggunaan pestisida yang tepat jenis, konsentrasi, volume semprot dan tepat dalam aplikasinya.
Pengaturan pengairan disebutkannya juga menjadi faktor yang harus diperhitungkan. Semengara penggunaan alat mesin pertanian (Alsintan) pada semua tahapan produksi hinga pengolahan menurut dia wajib diterapkan.
“Hasil pengawalan penerapan teknologi ini, kami sukses menaikkan produktivitas menjadi rata-rata 11,8 ton perhektare di lahan demfarm seluas 100 hektare. Dan kini kami mengembangkan kawasan serupa di lahan seluas 10 ribu hektare, “ katanya menyebutkan.
Secara ekonomis, apa yang diterapkan di Lamongan ini memang menaikkan biaya produksi sebesar 23 persen. Namun hasil panen naik hingga 63 persen. Sehingga terjadi kenaikan pendapatan bagi petani.
Selama tahun 2016, luas panen jagung Lamongan mencapai 57.049 hektare. Dengan total prodyuki 372.162 ton dan produktivitas mencapai 6,52 ton perhektare.
Menurut Fadeli, Lamongan saat ini tidak hanya fokus pada peningkatan produksi jagung. Namun juga pada bisnis hilirnya.
Dalam panen raya jagung tahun kedua penggunaan metode pertanian modern, jagung Lamongan sudah dikirimkan ke perusahaan lokal pengolah jagung. Selain itu, UKM Lamongan di moment yang sama sudah mampu ekspor produk olahan jagung. (Humas Lmg/detakpos)