JAKARTA-detakpos. com– Sebanyak 69 pendaki Gunung Sumbing dievakuasi oleh tim gabungan setelah terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan jalur pendakian Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran dan Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (1/9). Keseluruhan para pendaki itu tersebar di tiga _base camp_ (BC) pendakian yang meliputi BC Butuh 25 orang, BC Lamuk 7 orang dan BC Stikpala 37 orang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonosobo bersama TNI, Polri dan tim gabungan juga melakukan proses penyelidikan lebih lanjut terkait muasal terjadinya karhutla tersebut.
Sekretaris BPBD Kabupaten Wonosobo, Bambang Tri P bersama Kapolres Wonosobo AKBP Eko Novan Prasetyopuspito dalam keterangannya menyatakan bahwa kebakaran tersebut memang rentan terjadi karena faktor cuaca. Oleh sebab itu, Bambang menghimbau kepada seluruh masyarakat maupun tim petugas _base camp_ agar lebih waspada dan segera melapor apabila menemukan titik api.
“Kami mengimbau kepada seluruh masyarakat yang tinggal di lereng gunung dan para _base camp_ untuk waspada dan hati-hati mengingat cuaca seperti yang sekarang ini, kemarau panjang sangat rentan terjadi kebakaran hutan dan lahan,” kata Bambang, Jumat (1/9).
Senada dengan Bambang, Kapolres Wonosobo AKBP Eko Novan Prasetyopuspito juga mengimbau kepada masyarakat khususnya bagi para pendaki gunung agar apabila telah menggunakan api untuk kebutuhan pendakian dapat memadamkan dan memastikan bahwa api sudah benar-benar padam sebelum meninggalkan lokasi. Eko menambahkan bahwa Polres Wonosobo akan berkolaborasi dengan Brimob Polda Jateng, BPBD Kabupaten Wonosobo dan relawan PB Wonosobo untuk menyisir lokasi khususnya jalur pendakian dengan fokus utama mengevakuasi para pendaki.
“Kami mengimbau kepada para warga sekitar hutan agar melakukan upaya mitigasi untuk mencegah terjadinya kebakaran, contoh para pendaki setelah menggunakan api harus dimatikan dan benar-benar mati,” kata Eko.
Di samping itu, pemadaman sekaligus kaji cepat juga diupayakan guna mencegah agar api tidak meluas. Adapun upaya pemadaman karhutla tersebut cukup menantang, sebab titik api diperkirakan berada pada ketinggian antara 2.500 hingga 2.900 mdpl dan diduga dari arah jalur pendakian via Banyumudal. Selain itu lokasi titik api masih belum diketahui secara pasti karena terhalang kabut yang mulai turun.
Berdasarkan laporan visual dari lokasi permukiman warga, api terlihat menyala dan mengeluarkan kepulan asap putih tertiup angin. Namun dipastikan bahwa jaraknya jauh dari perkampungan penduduk, sehingga kecil kemungkinan dapat menyambar hingga rumah-rumah warga.
Adapun perkembangan yang diperbarui per Sabtu (2/9) pukul 07.00 WIB, terpantau ada 30 titik api yang berada di lereng Gunung Sumbing. Upaya pemadaman akan terus dilanjutkan menggunakan cara manual, mengingat medan yang tidak mungkin dilalui kendaraan taktis pemadam kebakaran.
Di sisi lain, demi alasan keselamatan, keamanan dan kebutuhan pemadaman, pihak Perhutani secara resmi menutup sementara jalur pendakian di seluruh kawasan Gunung Sumbing. Penutupan itu dilakukan mulai tanggal 1 September 2023 hingga waktu yang belum dapat ditentukan.
“Menutup sementara semua jalur pendakian di Gunung Sumbing, terhitung mulai hari ini, Jumat (1/9) sampai batas waktu yang belum ditentukan,” kata Administratur/Kepala Kesatuan Pemangku Hutan (KKPH) Kedu Utara, Samanhuri dalam keterangan tertulis.
*Karhutla di Gunung Lainnya*
Peristiwa karhutla di kawasan gunung bukan kali pertama terjadi pada musim kemarau tahun ini. Sebelumnya hal serupa juga terjadi di Gunung Andong, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan Taman Nasional Gunung Ciremai, yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Karhutla yang melumat vegetasi berupa semak belukar, padang rumput hingga pepohonan cemara di Gunung Andong terjadi sejak Sabtu (26/8) hingga hari ini, Jumat (1/9). Titik api yang sebelumnya sempat padam dilaporkan kembali menyala dan berkobar di sejumlah titik. Api yang awalnya hanya berkutat di wilayah Desa Toyomerto, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, kini meluas hingga wilayah Kabupaten Pasuruan.
Laporan terkini dari lapangan bahwa sebaran api kini pun telah mencapai Area Petung Ombo, Area Parang dan wilayah Brakseng, Desa Sumbernrantas, Kota Batu. Faktor angin dan kondisi vegetasi yang kering menjadi pemicu meluasnya karhutla di lereng gunung yang memiliki ketinggian 3.339 mdpl itu. Di samping itu, upaya pemadaman juga terkendala karena medan yang curam dan berada di lereng yang sulit dijangkau.
Sebagai solusi pemadaman karhurla di Gunung Arjuno, BNPB telah menerjunkan helikopter untuk pemadaman udara atau _water bombing_ sejak Jumat (31/8). Pengiriman itu juga dilakukan atas koordinasi dengan BPBD Provinsi Jawa Timur bersama lintas instansi di daerah.
Di samping itu, satgas pemadaman darat karhutla juga melakukan upaya lain seperti pembuatan sekat ilaran dan pembabatan semak belukar agar api tidak menyebar.
*Karhutla di Gunung Ciremai*
Lahan seluas 164 hektar di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kuningan Jawa Barat, dilumat habis oleh ‘Si Jago Merah’ pada Jumat (25/8). Beruntung api telah berhasil dikendalikan dengan lokasi titik akhir di Blok Pajaten dan telah menghanguskan vila Jepang.
Sebelumnya, karhutla itu telah menyambar dan menghanguskan vegetasi semak belukar dan padang rumput di beberapa blok. Seperti kasus di Gunung Arjuno, cakupan wilayah kebakaran meluas disebabkan oleh faktor angin yang berubah-ubah arah ditambah medan yang sangat sulit dijangkau sehingga menjadi kendala upaya pemadaman.
Adapun menurut keterangan pihak pemerintah daerah setempat, karhutla di TNGC diduga terjadi karena ulah manusia. Sebab lokasi ditemukan titik api menyebar di beberapa titik. Pihak berwajib tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut dan berupaya mencari para pelaku.
Sebagai langkah antisipasi ke depannya, pihak satgas karhutla rutin melakukan patroli udara menggunakan pesawat nirawak atau _drone_, sehingga apabila ditemukan titik api maka tim akan langsung menuju lokasi untuk pemadaman dan upaya lainnya yang dianggap perlu.(hms)
Editor: AAdib