Nganjuk – Detakpos – Bencana tanah longsor di Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur, disebabkan perbukitan di daerah setempat memiliki kemiringan cukup curam dengan kondisi tanah gembur, pada Minggu sekitar pukul 14.00 WIB.
“Longsor di Desa Dlopo, Desa Kepel itu, terjadi pada kondisi cuaca tidak ada hujan, hanya mendung, Kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dalam release yang diterima detakpos, Minggu.
Menurut dia, satu orang dipastikan tertimbun longsor ketika berada di ladang di pinggiran sungai yaitu Paidi (55) warga Dusun Njati Desa Blongko.
Sedangkan empat orang diduga tertimbun longsor yaitu Kodri (15 tahun, warga Dusun Sumber Bendo), Doni (23 tahu, warga Dusun Sumber Bendo), Dwi (17 tahun, warga Dusun Sumber Bendo), dan Bayu (14 tahun, warga Dusun Sumber Bendo).
BPBD Nganjuk, kata dia, masih melakukan pendataan di lokasi longsor mengingat keempat warga yang diduga tertimbun longsor tersebut berasal dari desa lain.
Material longsor menutup aliran sungai dengan ketinggian 10 meter sehingga membentuk bendung alami. Pada pukul 17.00 Wib, bendungan tersebut sudah terbuka sehingga aliran sungai kembali mengalir.
Luas longsoran sekitar 3 hektar dengan tanaman cengkeh dan mangga di perbukitan.
Sebelumnya pada awal tahun 2015, di perbukitan Dusun Dlopo ini sudah terdeteksi adanya retakan selebar 5-10 centimeter dengan panjang 50 meter.
Retakan tersebut makin meluas, dimana pada awal tahun 2016 mencapai lebar 20 centimeter dan panjang 200 meter.
BPBD Kabupaten Nganjuk sudah memberitahukan kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di lereng yang rawan longsor.
Pada Januari 2017 retakan bertambah menjadi lebar 30 centimeter dan panjang 300 meter. BPBD Nganjuk kembali memberikan peringatan kepada masyarakat.
Selanjutnya pada Maret 2017 terjadi longsor kecil, masyarakat melaporkan kepada aparat desa yang kemudian disampaikan kepada BPBD Nganjuk.
Untuk mengantisipasi kemungkinan longsor BPBD Nganjuk memasang rambu peringatan bahaya longsor. Pada Sabtu (8/4/2017) terjadi hujan deras di wilayah Nganjuk yang menyebabkan tanah makin jenuh air dan kondisi kohesi batuan makin lemah sehingga pada Minggu siang terjadi longsor.
Di bagian lereng perbukitan tidak ada permukiman, yang ada sawah dan lading warga. Saat masyarakat melakukan aktivitas di lahan pertanian itulah kemudian terjadi longsor dan menimbun warga.
Pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban terus dilakukan oleh BPBD Nganjuk bersama TNI, Polri, relawan dan masyarakat. Kondisi medan sulit diakses. Alat berat tidak memungkinkan menjangkau lokasi karena jalan hanya selebar 40 centimeter. Komunikasi juga terkendala karena tidak ada sinyal telepone selular.
Longsor Ponorogo
Sementara itu, Tim SAR Gabungan berhasil menemukan satu jenasah korban longsor di Ponorogo, Jawa Timur, yang tertimbun pohon mahoni di Sektor A pada Minggu (9/4/2017) pukul 08.46 Wib.
Dengan demikian empat korban meninggal telah ditemukan dan 24 orang masih hilang sejak bencana longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo pada 1/4/2017.
Sebanyak 1.250 personil tim SAR gabungan dan 11 alat berat terus mencari korban longsor. Namun pada Minggu pukul 11.55 Wib terjadi longsor susulan, dimana tanah bergerak dari sector A hingga sector D.
Longsor menimbun 2 unit rumah warga, 1 unit mobil panther relawan, 1 unit mobil polisi, 1 unit excavator, 2 unit sepeda motor relawan, dan jalan akses menuju ke sector D tertutup longsor. Tidak ada korban jiwa.
Kondisi ini menyebabkan pencarian korban dihentikan sementara dan akan dilanjutkan besok pagi. (BNPB)