NU Utuh, Tidak Ada Dikotomi Struktural dan Kultural

Jakarta,-Detakpos.com-Ketua PBNU KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur ) menegaskan, di perkumpulan Nahdlatul Ulama (NU) saat ini tidak ada dikotomi struktural dan kulturan. NU itu satu, pengurus dan warga Nahdliyyin utuh.

Hal itu disampaikan Gus Fahrur ketika diminta menanggapi pernyataan Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) tentang NU kultural dan struktural.

“NU Kultural Wajib Ber-PKB, Struktural Sakarepmu.” Demikianlah unggahan Cak Imin lewat Instagram miliknya.

“Dikotomi itu saya kira tidak berlaku di NU saat ini, struktural yang ada juga berakar berasal dari kultural,”tegas Gus Fahrur.

Dikatakan, PKB sebagai partai politik yang memiliki akar sejarah panjang mendalam dengan warga Nahdliyin, sudah memahami letak dan posisi NU sebagai perkumpulan (organisasi) Islam terbesar yang harus menjaga dan mengayomi warganya di berbagai lapisan.

Ditegaskan, tidak boleh ada upaya memisahkan pola gerak kultural dan struktural karena esensi perjuangan muaranya akan sama.

“Semua harus menjaga khittah NU sebagai organisasi yang berkhidmat untuk ummat dan menegakkan faham aswaja,”tambah dia

Dia mengatakan, kader NU dipersilahkan berpolitik dengan akhlak dan memperjuangkan cita cita NU melalui jalur partai dan kekuasaan.

Sementara NU sebagai organisasi Islam harus tetap bergerak sesuai garis khittah perjuangannya yang murni, tidak boleh dicatut pihak manapun ke dalam lingkaran kampanye perebutan politik kekuasaan yang akan membawa NU ke posisi konflik dan mendegradasi kebesaran perjuangan NU .

Terpisah pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menilai unggahan Cak Imin sebagai bentuk kepanikan. Hal ini terkait potensi hilangnya suara NU untuk PKB di tengah perseteruan tersebut.

“Ya saya kira itu bentuk kepanikan Cak Imin akan kehilangan basis konstituen NU, karena PKB sangat identik dengan PKB-NU, bahkan NU itu ya the one and only konstituennya PKB, karena PKB itu kan partai politik yang dilahirkan dari rahim NU meski ada partai lain yang basis pemilihnya sebagian NU seperti PPP, tapi paling kentara dan kental ke-NU-annya ya PKB,” tutur Adi dilansir CNNIndonesia.com, Rabu (18/5).

Adi mengakui kepanikan ini dimulai saat Ketua Umum PBNU Gus Yahya menyatakan dirinya tidak mau organisasinya dipakai sebagai alat politik partai politik mana pun, termasuk PKB. PBNU juga pernah mengingatkan posisi PKB soal safari ke pengurus cabang NU untuk meraih dukungan dalam pencapresan.

“Tentu PKB sangat dirugikan, artinya pada level struktural Cak Imin ini berkonflik dengan elite-elite NU, di tengah suasana politik semacam ini tentu Cak Imin ingin perang terbuka dengan NU bahwa urusan struktur ya Cak Imin angkat tangan, tapi pada level kultural itu harus pilih PKB,” ucap Adi.

Adi lantas menilai upaya Cak Imin untuk bisa menggandeng NU kultural tak bisa dengan mudah dilakukan. Sebab, NU kultural dan struktural ini sejatinya masih saling terkait.

“Dalam tradisi orang NU sering kali sami’na wa atho’na terhadap pengurusnya. Karena NU struktural itu rata-rata adalah elite yang ada di NU dan mereka juga ustaz, ulama, tokoh agama yang punya penetrasi ke kultural, jadi itu rumitnya,” kata Adi.

Cak Imin, kata Adi, pun menyadari bahwa konfliknya dengan PBNU dapat berpengaruh besar bagi suara PKB di Pemilu 2024. Sebab, bagaimanapun juga Cak Imin tetap berharap partainya tetap mampu memperoleh suara yang signifikan.

“Sulit karena konfliknya sudah mulai mengeras, karena sudah saling perang kan di media secara terbuka,” ujarnya.

Terpisah, pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Rahardjo Jati menyebut bahwa unggahan Cak Imin di akun Instagramnya itu adalah sebuah upaya persuasif kepada warga NU.

“Bentuk upaya persuasif bahwa PKB adalah jiwa politik tunggal bagi warga nahdliyin seutuhnya karena partai ini juga lahir karena restu para kiai kharismatik,” kata Wasisto.

Kendati demikian, Wasisto juga mengamini bahwa unggahan tersebut juga menunjukan ada rasa kekhawatiran dalam diri Cak Imin.

Kekhawatiran ini, kata Wasisto, terkait dengan potensi tergerusnya suara warga NU untuk PKB. Terutama, sejak munculnya konflik Cak Imin dengan PBNU.(d/2).

Editor: AAdib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *