Yogyakarta – Detakpos – Tim Penilai Geopark Internasional dari Unesco, berencana melakukan verifikasi tujuh geosite di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang mengantarkan daerah setempat memperoleh sertifikat Geopark Nasional hamparan minyak Bumi, pada 20 Juli 2018.
“Penilaian yang dilakukan Tim Penilai Geopark Internasional dari Unesco untuk meningkatkan status Bojonegoro dari Geopark Nasional ke tingkat Internasional,” kata Pendamping Bojonegoro dari Ahli Geologi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” (UPNV) Yogyakarta Dr. Jatmika Setiawan, di Yogyakarta, Jumat (25/5).
Ia menyebutkan Tim Penilai Geopark Internasional yang akan datang ke Bojonegoro dipimpin Prof. Dr. Datuk Ibrahim bin Komoo (Malaysia), Dr. Hanang Samudra (Indonesia dari Badan Geologi Nasional) dan Ir. Budi Martono juga Indonesia.
Tujuh geosite yang masuk kawasan cagar alam geologi yang mengantarkan daerah setempat memperoleh sertifikat Geopark Nasional hamparan minyak bumi yaitu “petroleum geoheritage The Little” Teksas Wonocolo di Kecamatan Kedewan.
Selain itu, struktur “Antiklin” Kawengan bagian puncak antiklin, bagian sayap kanan dan sebagian sayap kiri, semuanya di Kecamatan Kedewan dan Kayangan Api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem.
Lainnya Dung Lantung di Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras, dan lokasi temuan fosil gigi hiu purba di Desa Jono, Kecamatan Temayang.
Menghadapi verifikasi dari Tim Geopark Internasional, ia meminta Bojonegoro mempersiapkan berbagai kebutuhan terkait kegiatan penilaian tujuh geosite yang masuk KCAG.
“Tim UPNV Yogyakarta yang selama ini mendampingi Bojonegoro akan membuat Laporan Geopark Nasional hamparan minyak bumi, selain dalam Bahasa Inggris juga Prancis,” kata dia menjelaskan.
Menjawab pertanyaan, ia memperkirakan kalau proses verifikasi Tim Geologi Internasional berjalan lancar, maka proses selanjutnya hasil penilaian akan disampaikan kepada Unesco terkait Geopark Nasional hamparan minyak bumi.
“Ya paling sertifikat Geopark Internasional hamparan minyak bumi bisa diterima Bojonegoro pada 2019,” kata dia menjelaskan.
Sebelumnya Disbudpar Bojonegoro menggelar dialog dengan mengundang berbagai pihak di Yogyakarta membahas Geopark Nasional hamparan minyak bumi bekerja sama dengan Desainer Jakarta Martini Suarsa pada 25 Mei.
Bersamaan dengan acara itu juga ditandangani nota kesepahaman pengembangan batik Jonegoroan (Bojonegoro) antara disbudpar dan Martini Suarsa.
“Dialog yang digelar di Yogyakarta untuk memprosikan Bojonegoro sebagai daerah wisata Geopark Nasional,” ucap Amir menambahkan.
Aspiring Pulau Belitung, Raja Ampat, dan Tambora lulus dengan mendapatkan nilai B, Geopark Maros-Pangkep mendapatkan nilai C, sedangkan Geopark Bojonegoro memperoleh nilai D pada 27 Desember 2017.
Geopark Bojonegoro dinyatakan tetap lulus, namun harus melakukan perbaikan sesuai rekomendasi tim penilai dengan pemberian jangka waktu perbaikan selama setahun. (*/d1)