Bojonegoro, detakpos – Sejumlah warga di Desa Sranak, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa TImur, memperkirakan longsoran tebing Bengawan Solo di kawasan setempat akan terus berkembang, karena arus Bengawan Solo di lokasi setempat berputar.
“Longsoran akan terus terjadi setiap banjir surut,” kata seorang warga Desa Sranak, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro Sunaryo (78), Minggu.
Ia memberikan gambaran dirinya memiliki tanah seluas 100 X 50 meter, tetapi sekarang hanya tersisa seperempatnya karena terkena longsoran tebing Bengawan Solo.
“Setelah banjir Bengawan Solo surut beberapa waktu lalu di belakang rumah saya longsor sekitar 8 meter dengan panjang dari belakang rumah saya sampai pohon waru (ratusan meter). Suara tebing longsor bergemuruh sehingga saya dengan istri terbangun dan keluar rumah,” paparnya.
Menurut dia, aliran air Bengawan Solo di sini berputar, kemudian mengerus tanah warga di Desa Sranak.
Meski rumahnya bagian belakang sudah mengangantung, katanya, keluarganya masih menempati rumah di Desa Sranak itu.
“Tapi saya mulai membangun rumah di dekat warung disini (di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota), untuk berjaga-jaga kalau rumah di Sranak hilang terkena longsoran Bengawan Solo,” paparnya.
Hal senada dibenarkan warga di desa setempat Kasdam (49) yang menyebutkan belasan rumah di tepian Bengawan Solo di desa setempat lambat laun akan hilang terkena longsoran tebing Bengawan Solo.
Selain itu, lanjut dia juga Sunaryo, tanah warga di kawasan setempat juga terkena longsoran tebing Kali Keling yang berada di utaranya.
“Ya ada sekitar 15 rumah yang kemungkinan hilang nanti,” ucap Kasdam dibenarkan Sunaryo.
Sesuai pendataan Kecamatan Trucuk menyebutkan ada 10 rumah yang kondisinya rawan longsor, karena bangunan rumah sudah menggantung di tebing Bengawan Solo.
Sepuluh rumah itu, lanjut dia, milik Muhyadi, Jupri, Rumidah, sunaryo, Ahmadi, seger, Suyatno, Yusuf, Koko dan Sujiman.
Ia telah meminta pemerintah desa (pemdes) memindah warga dengan menempati tanah kas desa (TKD).
Pengamatan detakpos di kawasan setempat di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, yang berada di seberangnya dimanfaatkan warga untuk membuat industri batu bata.
Selain itu banyak rumah warga di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, di selatan Desa Sranak, yang dibangun di atas tanah sepadan sungai diuruk sebagai usaha menghindari banjir Bengawan Solo.
“Tanah di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, selalu bertambah bisa sepanjang 2 meter setiap tahunnya,” ucap seorang warga Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota Kasmiran. (tim detakpos)