Lamongan – Detakpos – Gerakan Lamongan Menghafal (GLM) Al Qur’an Lamongan, Jawa Timur, mewisuda 955 Tahfidz Qur’an dari kalangan pelajar di sepanjang Jalan Lamongrejo, Sabtu (22/9). Prosesi wisuda akbar penghafal Al Qur’an ini dipimpin Bupati Lamongan Fadeli.
Menurut anitia pelaksana wisuda akbar Adi Suwito, yang diwisuda hari itu adalah Tahfidz Qur’an juz 30 dari kalangan pelajar.
Meski demikian, banyak dari wisudawan itu yang hafal lebih dari satu juz. Beberapa wisudawan rupanya sangat lancar hafalannya, ketika diuji membaca Surat Al Mulk dari juz 29.
Di Lamongan, Bupati Fadeli mewajibkan pelajar untuk hafal Al Qur’an beserta maknanya. Kewajiban ini dilegalkan melalui Peraturan Bupati (Perbup) Lamongan Nomor 5 tahun 2013 tentang Baca Al Qur’an Bagi Peserta Didik di Kabupaten Lamongan.
Melalui perbup setiap pelajar SD ketika lulus diwajibkan sudah bisa hafal 10 surat beserta maknanya. Kemudian pelajar SMP wajib hafal 16 surat dan SMA 22 surat.
“Perbup nomor 5 tahun 2013 yang kami canangkan tidak sia-sia. Alhamdulillah, hari ini kita bisa menghadiri wisuda akbar Tahfidz Qur’an,” ujarnya.
Dia juga menyampaikan, wisuda pagi itu juga menunjukkan upaya nyata Pemkab Lamongan, untuk membumikan Al Qur’an. Sebagai bagian dari ikhtiar mencetak generasi muda yang berakhlak mulia.
Program menghafal Al Qur’an, lanjut dia, merupakan bagian dari pendidikan karakter generasi muda Lamongan. Sehingga mereka tidak hanya cerdas, namun juga berkarakter unggul, tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif.
Terkait Syiar Islam, dia menegaskan tidak akan berhenti pada kegiatan mencetak Tahfidz Qur’an. Karena saat ini sedang disusun cetak biru untuk menjadikan Lamongan sebagai role model Kota Syariah.
Sementara itu, penggagas GLM Doddi Nordiawan membagikan tips agar anak-anak bisa menjadi Tahfidz Qur’an. Karena Medina Ayasha Hurin Salwa Nordiawan, putrinya yang baru berusia 14 tahun saat ini sudah hafal 30 juz.
Saat masih dalam kandungan, kala sedang tren memperdengarkan musik klasik untuk calon bayi, dia bersama isterinya memperdengarkan bacaan Al Qur’an.
Kemudian ketika mulai mengajari anaknya menghafal di usia 6 tahun, dia melakukannya karena menyesuaikan dengan potensinya. Doddi melihat Ayasha memiliki kelebihan dalam menghafal.
“Harus ditanamkan, ini adalah investasi kita untuk akherat,” ujarnya.
Sedangkan Ayasha menyarankan agar konsisten membaca Al Qur’an 4 jam setiap harinya. “Manusiawi timbul rasa malas, terutama dalam proses muroja’ah, mengulang hafalan kita. Jangan patah semangat,” katanya. (*/d1)