Pastikan Arus Mudik-Balik Kondusif, BPBD Provinsi Jawa Timur Kerahkan ‘Agen Bencana’

 

BANYUWANGI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur mengerahkan jaringan relawan se-Jawa Timur melalui ‘Agen Bencana’ dalam mendukung upaya pemantauan arus mudik-balik libur Lebaran 1444 H.

Salah satu anggota Agen Bencana Slamet Famiru mengungkapkan bahwa fungsi dari kehadiran agen ini ialah sebagai garda terdepan dalam assesment dan pelaporan sehingga potensi risiko dan dampak bencana dapat diminimalisir.

“Sifat dan hakikat dari gerak operasi Agen Bencana ini adalah selalu lebih dulu, khususnya dalam asessment dan pelaporan sehingga langkah yang akan dilakukan Tim Reaksi Cepat (TRC) serta bantuan yang diberikan tepat sasaran,” ungkap Slamet di Posko Pemantauan ASDP Pelabuhan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Kamis (27/4).

Kemudian Slamet menjelaskan bahwa terdapat sekitar 70 anggota Agen Bencana yang tersebar pada seluruh kota/kabupaten di Jawa Timur.

“Masing-masing kota/kabupaten telah ditetapkan dua orang untuk melakukan pemantauan dan mobilisasi,” ujarnya.

Terbatasnya jumlah anggota tidak menjadi kendala bagi para Agen Bencana dalam melaksanakan tugas. Kerja sama, komunikasi dan koordinasi para agen bersama otoritas daerah setempat membuat giat operasi pemantauan arus mudik-balik berjalan dengan baik.

*Wisata Aman Bencana*

Pada libur Hari Raya Idul Fitri, BPBD Provinsi Jawa Timur tidak hanya berfokus pada arus mudik-balik lebaran semata. Tempat wisata menjadi salah satu lokasi yang menjadi perhatian khusus, terlebih beberapa lokasi wisata di Banyuwangi sangat dekat dengan alam.

“Para agen turut dikerahkan pada area tempat wisata, mereka juga sudah tersertifikasi dengan kemampuan _rescue_,” ungkap Slamet.

Agen Bencana lainnya, Ismanto, turut mengatakan bahwa dirinya melakukan monitoring sistem peringatan dini _(early warning system)_ pada beragam titik lokasi yang memiliki risiko bencana, seperti gunung api, banjir, tsunami dan gunung api.

“Potensi risiko bencana yang terdapat pada area ini cukup beragam, sehingga kita harus memastikan semua sistem peringatan ini dalam kondisi aktif dan baik,” jelas Ismanto di Posko Pemantauan Kalibaru, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (27/4).

Adapun beberapa EWS untuk bencana tanah longsor berlokasi di Gunung Gumitir dan titik nol perbatasan Banyuwangi Barat (antisipasi pada jalur transportasi kereta api). Sedangkan untuk bencana banjir dan tsunami terdapat di Pesanggaran serta erupsi gunung di area wilayah Gunung Raung.

Ismanto menuturkan bahwa aktivitas pada lokasi tempat wisata masih cukup masif, salah satunya wisata pendakian Gunung Raung.

“Sekitar 100 orang pendaki Gunung Raung masih berdatangan silih berganti, kami tetap siaga setiap satu jam dalam memberikan informasi dan sosialisasi terkait cuaca, imbauan serta jalur evakuasi, khususnya pada tiap pos bersama Sekretariat Pendakian Gunung Raung,” tutur Ismanto.

Adapun jalur yang dilintasi para pemudik dan wisatawan, khususnya pada KM 236 – 800 di jalur Gumitir, terdapat titik-titik rawan longsor yang masih dalam proses perbaikan agar tidak kembali terjadi longsor ketika wilayah tersebut berpotensi akan diguyur hujan.

Selain itu, rambu dan tanda rawan longsor maupun perbaikan bahu jalan yang terdampak longsor hingga petugas juga dikerahkan secara berkala untuk meminimalisir kejadian bencana yang dapat memakan korban jiwa.

Fasilitas bagi para pemudik turut disediakan seperti tempat istirahat _(rest area)_ yang berada pada tiga lokasi, yakni Rest Area Gumitir, Masjid Nurul Huda serta Kantor Kecamatan Kalibaru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *