‘My Way’ dari Bamsoet

Oleh : AAdib Hambali (*

/I faced it all

/And I stood tall

/And did it my way

ITULAH penggalan lagu Frank Sinarta ‘My Way’ (Jalanku), yang dinyanyikan Bambang Soesatyo (Bansoet), kandidat Ketua Umum Partai Golkar 2019-2024 di hadapan pendukungnya pasca- Musyawarah Nasional (Munas) X Partai Golkar 3-6 Desember 2019.

Setidaknya lagu itu bisa mendinginkan suhu politik. Pasalnya, jauh hari sebelum Munas, hiruk pikuk rivalitas calon ketua umum sempat mengemuka dan memanas antara Bamsoet versus Airlangga Hartarto yang terpilih kembali secara aklamasi. Bahkan sempat terbelah dalam kubu kubuan di kepengurusan DPP.

Perseteruan mereda pasca Pemilu 2019, setelah Bamsoet terpilih menjadi Ketua MPR RI, sehingga suhu politik rivalitas antara dua kandidat menurun dan Bamsoet cooling down.

Suhu kembali menghangat pasca-pembentukan kabinet, menjelang Munas Golkar, karena Bansoet dan pendukungnya mendeklarasikan tetap maju dalam kontestasi perebutannya ketua umum.

Namun tensi politik menurun karena diprediksi ada del dan kesepakan antara Airlangga dan Bansoet, seperti diungkap Agus Gumiwang Kartasasmita, loyalis Airlangga.

Agus mengatakan, Bamsoet menyodorkan dua loyalis untuk posisi strategis.
“Ada pertemuan antara Pak Airlangga dan Pak Bamsoet yang menyepakati komitmen. Yang dua lagi tambahan langsung dari Pak Bamsoet kepada saya melalui telepon. Jadi cuma lima yang dititipkan,” ujar Agus di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (28/11).

Setelah bertemu dengan Airlangga dan tokoh senior Golkar Luhut Binsar Panjaitan, Bamsoet pun mundur dari pencalonan, menyusul  sejumlah kandidat lain juga mengundurkan diri, sehingga skenario aklamasi pun berlangsung mulus.

Bamsoet kepada pendukungnya menegaskan tidak ada perjuangan sia-sia dalam sebuah kompetisi. Walau pun pada akhirnya dirinya memilih mundur demi kebaikan bersama, namun nilai-nilai yang telah diperjuangkan bersama kandidat lain seperti Indra Bambang Utoyo, Ridwan Hisyam dan Agun Gunanjar untuk membesarkan Partai Golkar tidak akan pernah padam.

Bamsoet berterimakasih untuk sahabat yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk doa maupun kerja bersama. Khususnya, selama lebih kurang lima bulan, sejak dirinya menerima amanah dari Depinas Soksi, pengurus Partai Golkar tingkat I dan II, Hasta Karya, termasuk FKPPI dan Pemuda Pancasila, kader maupun senior Partai Golkar serta organisasi pendiri, yang didirikan, maupun partner Partai Golkar, untuk maju menjadi kandidat Ketua Umum Partai Golkar pada deklarasi 18 Juli 2019.

Sebenarnya titik kemenangan sudah terjangkau. “Tapi sudahlah. Kita harus dahulukan kepentingan yang lebih besar, yakni keutuhan Partai Golkar,” ujar Bamsoet saat bertemu para pendukungnya, di Jakarta, Jumat Malam (6/12/19).

Hadir dalam acara silahturahmi tersebut selain Wakil Ketua Dewan Pembina Paskah Suzeta dan Erwan Soekardja, relawan, Tim Bamsoet dan para pendukung dari DPD I dan DPD II Partai Golkar juga hadir mantan kandidat Indra Bambang Utoyo, Ridwan Hisyam dan Agun Gunanjar.

Usai memberikan sambutan Bamsoet langsung membawakan lagu “My Way” untuk memeriahkan acara.
Sama sekali tidak ada kekecewaan baik dalam dirinya maupun pihak yang mendukungnya. Semua berbesar hati menerima fakta politik dan tetap kompak serta semangat dalam membesarkan Partai Golkar.

Dia pun memberi isyarat dengan pernyataan, politik itu seperti cuaca. Ketika matahari bersinak terik, pilihan terbaik adalah berteduh agar tidak gosong. Tentu harus sabar menunggu perubahan cuaca. Karena itu, sejak selesainya penyelenggaraan Munas Partai Golkar, tidak ada lagi faksi-faksi.

Menjaga keutuhan barisan yang sudah tersusun, perjuangan masih terus berlanjut bersama seluruh elemen dan kader Partai Golkar yang lain untuk menjadikan partai ini kembali mandiri dan jaya di masa mendatang. No sacrifice is wasted.

Sudah menjadi tugas, tanggung jawab, sekaligus kebanggaan sebagai bagian dari keluarga besar Partai Golkar untuk tetap menjaga kekompakan dan semangat juang. Karena itu, komitmen mengkonsolidasikan kembali kekuatan purnawirawan keluarga besar TNI/Polri, serta berbagai kekuatan Ormas pendiri Partai Golkar seperti SOKSI, Kosgoro, dan MKGR, akan tetap ia jalankan.

Begitu pun Ormas yang didirikan Partai Golkar seperti Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG), Satkar Ulama Indonesia, Al-Hidayah, Himpunan Wanita Karya (HWK) dan Majelis Dakwah Indonesia (MDI). Serta Ormas yang menjadi rekan Partai Golkar seperti FKPPI dan Pemuda Pancasila. Banyak sahabat disana yang dulu memberikan dukungan, yang kini akan bersama-sama membangun Partai Golkar menjadi lebih hebat lagi.

Terlepas pendapat bahwa Golkar ternyata seperti partai partai lain, tidak bisa menjaga dari tangan tangan oligarki, Munas kali ini tidak seperti sebelumnya yang  selalu berakhir dengan melahirkan partai baru.

Sejak awal reformasi, Munaslub melahirkan partai pecahan, PKPI pimpinan alm Edi Soedrajat, kemudian Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Hanura Wiranto, Gerindra Prabowo dan Partai Nasdem besutan Surya Paloh.

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA  menulis meme politiknya, “Dengan skill dan pengalaman Airlangga, Golkar  bakal dominan di Pemilu 2024.”

*)Penulis: Redaktur Senior Detakpos.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *