Korban Tewas akibat Banjir dan Longsor Capai 225 dan 18 Orang Hilang

JakartaDetakpos.com-Bencana hidrometeorologi masih dominan terjadi di wilayah Indonesia. Melihat data bencana, bahaya seperti banjir dan tanah longsor cenderung meningkat setiap tahun.

Data Januari hingga akhir Agustus 2020, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kejadian banjir mencapai 726 kali dan tanah longsor 367. Total korban meninggal dunia akibat dua jenis bencana tersebut mencapai 225 orang dan hilang 18.

Melihat potensi ancaman bahaya yang tinggi, BNPB bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) akan memasang alat sebagai bagian dari sistem peringatan dini, baik untuk banjir dan longsor. Pada tahun ini, BNPB akan melakukan pemasangan sistem peringatan dini banjir (Flood Early Warning System atau FEWS) dan sistem peringatan dini longsor (Landslide Early Warning System atau LEWS) di dua provinsi, yakni Provinsi Jawa Tengah dan Bangka-Belitung.

Penentuan lokasi di Kota Semarang maupun Kabupaten Belitung akan ditentukan berdasarkan usulan dari masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). BNPB akan memasang FEWS di Kabupaten Belitung, sedangkan LEWS di Kota Semarang.

“Tujuan utama dari pemasangan sistem peringatan dini ini untuk membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana,” ujar Afrial Rosya, Direktur Peringatan Dini BNPB melalui ruang digital, Senin (7/9).

Afrial menambahkan bahwa sistem ini dipasang di lokasi-lokasi yang rentan bencana. Di samping itu, sistem ini akan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menghindari korban jiwa serta kerusakan harta dan benda saat terjadi bencana.

“BNPB juga akan mengevaluasi pemasangan sistem ini sebelumnya di seluruh wilayah Indonesia, untuk menjamin keberfungsian sistem peringatan yang telah dipasang sejak tahun 2007,” lanjutnya.

Berdasarkan analisis InaRISK, Kabupaten Belitung memiliki tingkat risiko bahaya banjir sedang hingga tinggi. Ada lima kecamatan dengan luas yang berada di wilayah berbahaya hingga 29.442 hektar. Sedangkan populasi terpapar, di lima kecamatan teridentifikasi sebanyak 42.608 jiwa.

Sementara itu, wilayah Kota Semarang memiliki enam kecamatan dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi. Populasi terpapar di kota ini berjumlah 11.129 orang.

Pemasangan sistem peringatan dini didahului dengan penandatanganan kerja sama BNPB dan UGM yang dilakukan melalui ruang virtual.

Pelibatan UGM merupakan wujud sinergi dan kolaborasi pentaheliks dalam penanggulangan bencana. Kepala BNPB dalam berbagai kesempatan mengangkat konsep pentaheliks dimana masing-masing heliks mempunyai peran tersendiri dalam penanggulangan bencana.

Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan menjelaskan melalui peran pelibatan lima heliks atau pihak tersebut sekaligus menjadikan masing-masing heliks sebagai katalisator atau pembawa perubahan dan percepatan dalam mencapai visi penanggulangan bencana.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *