Bojonegoro – Detakpos – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, meminta petani di 31 desa di sembilan kecamatan dengan luas lahan 2.844 hektare melakukan jeda tanam padi untuk mengendalikan serangan hama wereng batang coklat (WBC) minimal sebulan.
“Untuk mengendalikan serangan hama wereng batang coklat untuk daerah endemik dengan pola tanam padi-padi-padi harus melakukan jeda tanam minimal sebulan,” kata Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari, Jumat (7/7/2017).
Ia menyebutkan 31 desa dengan luas lahan 2.844 hektare itu tersebar di delapan desa di Kecamatan Ngraho, dan Sukosewu. Selain itu, tiga desa di Kecamatan Baureno dan di Kecamatan Sekar dan Padangan masing-masing empat desa.
Kecamatan Gayam, Bubulan, Temayang dan Margomulyo, masing-masing satu desa.
Selain itu, berdasarkan pemetaan yang dilakukan di daerah endemik hama wereng batang coklat yang harus melakukan pergiliran tanaman dengan pola tanam padi-padi-palawija menjadi padi-palawija-palawija seluas 3.959 hektare.
Daerah itu yaitu empat desa di Kecamatan Balen, seluas 103 hektare, dua desa di Kecamatan Kapas, seluas 95 hektare, 11 desa di Kecamatan Dander, seluas 382 hektare, 17 desa di Kecamatan Kalitidu, seluas 2.992 hektare dan tiga desa di Kecamatan Kota, seluas 387 hektare.
Lebih lanjut ia menjelaskan Bupati Bojonegoro Suyoto telah mengeluarkan instruksi kepada petani di daerahnya memberikan jeda waktu untuk tidak menanam padi pada musim tanam (MT) III sebagai usaha mengendalikan serangan hama wereng batang coklat.
Instruksi Bupati Bojonegoro Suyoto tertanggal 7 Juni 2017, kata dia, sudah disampaikan kepada seluruh camat untuk diteruskan ke desa dan petani di wilayahnya masing-masing.
Bahkan, Bupati Bojonegoro Suyoto juga menyampaikan instruksi jeda menanam padi kepada camat dan kepala desa di daerahnya secara langsung untuk mengendalikan serangan hama wereng batang coklat, Rabu (5/7).
Dalam instruksinya, Bupati Bojonegoro Suyoto menjelaskan dalam mengendalikan serangan hama wereng batang coklat yang perlu diperhatikan semua pihak dengan menerapkan tanam padi secara serempat, juga pengunaan varietas padi tahan wereng.
Selain itu juga pengunaan lampu perangkap (light traps) terutama untuk memonitor pupulasi hama wereng batang coklat, juga pengendalian dengan agens hayati.
“Pengamatan secara intensif juga sangat diperlukan, selain berbagai usaha lainnya,” katanya menjelaskan. (d1/detakpos)