Denny JA: Pilpres 2024 Dua Putaran.

Denny JA

Jika akhirnya capres yang mendapatkan tiket dalam Pilpres 2024 adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, besar kemungkinan Pilpres 2024 berlangsung dua putaran.

Aturan mensyaratkan presiden hanya dinyatakan terpilih jika ia menang di atas 50 persen. Sementara berdasarkan data survei opini publik hari hari ini, ketiga capres itu bersaing ketat, dan belum ada yang mampu menang satu putaran saja.

Di putaran kedua, akankah berlangsung final antara All The President’s Men: Ganjar vs Prabowo? Dua tokoh ini berasal dari partai koalisi presiden Jokowi.

Ataukah akan terjadi final antara The President’s Man versus Pro Perubahan (Anies Baswedan)?

Bagaimana cara memenangkan Ganjar, Prabowo dan Anies? Apa kekuatan dan kelemahan masing- masing tokoh?

Pada lima kantong besar pemilih Indonesia, Ganjar, Prabowo dan Anies unggul dimana dan kalah dimana? Kantong besar pemilih itu ada di segmen agama Islam, etnis Jawa, Wong Cilik Pendidikan (Pendidikan tamat SMP kebawah), Wong Cilik Pendapatan (Pendapatan 3 juta per bulan ke bawah), dan pemilik akun media sosial.

Apa yang bisa diambil dari Artificial Intelligence untuk memenangkan Ganjar, Prabowo atau Anies? Ini era artificial intelligence. Marketing politik harus pula mendaya- gunakan teknologi mutakhir di zamannya.

Inilah topik yang saya bahas dalam kelas Mini MBA Political Marketing, kerjasama LSI Denny JA, SBM- ITB dan Kuncie. Tak terasa program inu sudah berlangsung 10 minggu.

Saya diminta mengisi kelas penutup, sebagai gong, menerapkan semua teori yang dipelari untuk bedah kasus kongkret: Pilpres 2024 yang sudah di depan mata.

-000-

Angkatan pertama kelas Mini MBA political marketing ini sebanyak 27 peserta. Mereka datang dari berbagai provinsi. Ada yang berlatar belakang lembaga survei, pers, public relation, LSM, akademisi, hingga pengusaha.

Ada rasa haru dengan kelas Mini MBA ini. Saya melihat berita. Sejak November 2019, saya mewakili LSI Denny JA dan Donald C Lantu mewakili LAPI- ITB menanda tangani kerjasama di Pisa Kafe Jakarta.

Liputan media cukup luas. Saat itu saya katakan, saatnya profesi marketing politik memiliki serifikatnya sendiri. Ini ilmu yang akan terus berkembang.

Namun program ini tertunda. Salah satunya karena tiga tahun pandemi Covid-19 melumpuhkan Indonesia.

Selama Covid-19, saya sering terisolasi di rumah. Lock down beberapa kali diterapkan.

Saya pun teringat Isaac Newton. Ilmuwan jenius ini juga pernah terkurung di rumahnya karena Inggris saat itu dilanda pandemi

Wabah yang terjadi pada masa hidup Isaac Newton adalah Wabah Besar London atau Great Plague of London pada tahun 1665.

Pada masa itu, Newton justru bertambah kreatif. Situasi terisolasi justru ia jadikan momen penelitian.

Di era pandemi, justru Newton menemukan rintisan beberapa hal penting di bidang ilmu pengetahuan, antara lain:

– Hukum gravitasi universal, yang dikembangkannya pada tahun 1687 melalui karya monumentalnya yang berjudul “Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica” (Prinsip Matematika Filsafat Alam).

– Teori tentang cahaya dan warna, yang dijelaskan lebih detail dalam bukunya yang berjudul “Opticks” pada tahun 1704.

– Penemuan kalkulus, yang merupakan suatu metode matematika yang sangat penting dan digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi hingga saat ini.

Terinspirasi oleh Newton, saya pun di era Covid-19 ingin pula menciptakan teori baru di bidang yang sedang saya tekuni: marketing politik.

Di samping saya memang belajar ilmu politik hingga tingkat doktoral di Amerika Serikat, saya juga memiliki pengalaman praktis ikut memenangkan empat calon presiden dalam empat kali pilpres berturut- turut.

Di era itu, lahirlah buku saya: Membangun Legacy, 10 P Untuk Marketing Politik: Teori dan Praktek. Prof. Dr. Lili Romli dari LIPI dan dosen FISIP UI menyebut buku saya ini berisi Denny JA’s Law of Political Marketing.

Covid- 19 memberi hikmah. Walau pandemi ini menunda program kelas marketing politik, ia juga sekaligus membuat kelas ini lebih matang. Buku saya menjadi salah satu texbook untuk kelas Mini MBA. (1)

Di era Covid-19, anak perusahaan Telkom juga membuat aplikasi pendidikan online Kuncie. Melalui aplikasi ini, jasa pendidikan online bisa dinikmati publik luas.

Program LSI Denny JA dengan LAPI- ITB pun berkembang. Yang akhirnya terjadi adalah kerjasama tiga lembaga: LSI Denny JA, SBM- ITB dan Kuncie. Disepakati program ini besertifikat Mini MBA Marketing Politik.

Hari itu, Sabtu 29 April 2023, akhirnya saya mengisi kelas akhir angkatan pertama Mini MBA Political Marketing.

Buku saya soal Membangun Legacy menjadi landasan pembahasan. Buku itu bukan saja endapan pengalaman saya sebagai founding father profesi konsultan politik di Indonesia. Tapi juga buku itu menyimpan suasana batin ketika lock down di era Covid- 19.

-000-

Selesai kuliah di japri (WA pribadi), seorang peserta bertanya: “Pak, mungkinkah Prabowo kini berhasil menang pilpres setelah dua kali gagal?”

Saya jawab data per hari ini, baik Prabowo, Ganjar ataupun Anies, ketiga- tiganya masih mungkin untuk saling mengalahkan.

Tapi memang, ini adalah The Last Dance bagi Prabowo. Ibarat lagu Elvis Presley, kini Prabowo menghadapi: “It is Now or Never!”. Jika sekarang tak menang, pilpres berikutnya di tahun 2029 sudah semakin sulit.

Ini satu satunya momen, momen terakhir bagi Prabowo, jika garis tangannya memang menjadi presiden Indonesia.

Kekuatan Prabowo adalah sentimen publik luas yang inginkan Strong Leader untuk memulihkan ekonomi. Setelah Covid-19 yang membuat ekonomi Indonesia, juga dunia, terpuruk, publik rindu ekonomi yang bangkit.

Dibandingkan Ganjar dan Anies, Prabowo terkesan lebih mewakili sosok strong leader. Di samping memang jejak kuat militer, personality nya juga terkesan kuat dan tegas.

Kesan publik pada Prabowo akan lebih kuat jika ia didampingi Cawapres yang ahli ekonomi. Ia bisa Airlangga Hartarto, Erick Tohir atau Sri Mulyani, atau tokoh ekonomi lain.

Lebih bagus lagi jika Prabowo juga dicalonkan Partai Golkar yang besar. All The President’s Men akan gegap gempita karena menjadi pertarungan partai besar: PDIP versus Gerindra+ Golkar.

Tapi jangan lupa, Anies Baswedan tetap bisa menjadi kuda hitam, dengan isu perubahan.

denny   ja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *