Jakarta–Detakpos-Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), mengajak kepada para konstestan, tim sukses, pendukung, simpatisan, tokoh-tokoh politik, tokoh-tokoh agama dan seluruh warga negara, serta aparat keamanan (TNI/Polri) agar bahu-membahu menciptakan suasana politik yang damai, tidak memprovokasi rakyat dengan berita hoaks dan ujaran kebencian, menerima hasil pemilu dengan legowo.
“Jika merasa keberatan terhadap hasil pemilu, maka menggunakan prosedur dan mekanisme konstitusional yang tersedia, sebagaimana ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Pemilu adalah ‘pesta’ demokrasi yang selayaknya dirayakan dengan damai dan tetap menjaga semangat persaudaraan bukan permusuhan,”ujar Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Soraj di Jakarta, Senin kemarin.
Demilian salah satu seruan PBNU.
Nahdlatul Ulama memandang Pemilihan Umum (pemilu) adalah mekanisme yang sah berdasarkan hukum negara dan agama untuk mengangkat dan memperbaharui mandat kepemimpinan politik atau nashbul imâmah.
Dikatakan, Munas Nahdlatul Ulama di Nusa Tenggara Barat pada 17 November 1997 telah menegaskan bahwa pemilu dalam negara demokrasi merupakan salah satu manifestasi prinsip syūrâ di dalam Islam yang sah dan mengikat.
Karena itu, lanjutnya, menyambut Pemilu serentak 2019, Nahdlatul Ulama menyampaikan pesan-pesan kebangsaan.
PBNU mengajak peran serta seluruh warga negara menyukseskan penyelenggaraan Pemilu yang bersih, jujur dan adil dengan menggunakan hak pilihnya dalam mekanisme demokrasi lima tahunan.
“Pemilu yang jurdil adalah wasīlahmewujudkan tujuan dan cita-cita nasional,” katanya.
Karena itu, kepada seluruh warga negara yang telah memenuhi syarat, Nahdlatul Ulama mengimbau agar tidak golput.
“Gunakan hak pilih dengan nalar dan nurani untuk memilih Calon Presiden/Wakil Presiden serta calon-calon Wakil Rakyat (DPD/DPR/DPRD) yang memenuhi kriteria profetik shidiq, tablīgh, amânah, dan fathânah.”
Kiai Said mengajak kepada seluruh jajaran penyelenggara Pemilu (KPU/Bawaslu/DKPP), juga Sentra Gakkumdu (Sentra Penegakkan Hukum Terpadu) untuk menjamin penyelenggaraan pemilu seadil-adilnya, sejujur-jujurnya, sebersih-bersihnya demi mewujudkan demokrasi Indonesia yang bermartabat.
“Tindak dan jangan pernah berkompromi dengan politik uang (money politic) yang terbukti merusak demokrasi dan menimbulkan cacat legitimasi,”tegasnya.
Dia pun mengajak kepada para konstestan, tim sukses, pendukung, simpatisan, tokoh-tokoh politik, tokoh-tokoh agama dan seluruh warga negara, serta aparat keamanan (TNI/Polri) agar bahu-membahu menciptakan suasana politik yang damai, tidak memprovokasi rakyat dengan berita hoaks dan ujaran kebencian, menerima hasil pemilu dengan legowo.
” Jika merasa keberatan terhadap hasil pemilu, maka menggunakan prosedur dan mekanisme konstitusional yang tersedia, sebagaimana ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.”
Pemilu adalah ‘pesta’ demokrasi yang selayaknya dirayakan dengan damai dan tetap menjaga semangat persaudaraan bukan permusuhan.
Pemilu 2019 adalah pemilu serentak pertama yang digelar bangsa Indonesia dan menjadi batu uji kesiapan bangsa Indonesia berdemokrasi secara maju dan beradab.
“Kesuksesan penyelenggaraan pemilu tahun ini akan mengokohkan persepsi dunia bahwa Indonesia—yang menyoritas Muslim—dapat menyandingkan Islam dan demokrasi dalam satu tarikan nafas.
Karena itu, lanjut Kiai Said, Nahdlatul Ulama mengimbau kepada semua pihak agar menjaga keamanan dan ketertiban, berpartisipasi dan berperan aktif memastikan penyelenggaraan pemilu yang damai, bersih, jujur, dan adil.
” Pemilu bermartabat adalah cerminan bangsa yang berbudaya dan beradab. Mari kita wujudkan bersama,”pungkas Kiai Said. (dib)