Tanam Perdana Kentang di Demplot Garut

Bandung-Detakpos-Petrokimia Gresik, perusahaan solusi agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia, menggelar tanam perdana kentang pada lahan demonstration plot (demplot) di Desa Karyamekar, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, belum lama ini.

Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi secara simbolis melakukan penanaman bibit kentang sebagai tanda dimulainya tanam perdana. Pada tahap ini, seluas ½ hektare lahan kentang menggunakan pupuk komersil (non-subsidi) unggulan Petrokimia Gresik, yaitu NPK Phonska Plus.

“Aplikasi pemupukan adalah 400 kilogram pupuk NPK Phonska Plus untuk lahan seluas setengah hektare,” ujar Rahmad, kemarin.

Dengan kata lain, lanjut Rahmad, untuk satu hektare lahan kentang maka bisa menggunakan 800 kilogram pupuk NPK Phonska Plus. Dengan formula ini, produktivitas kentang mampu mencapai lebih dari 20 ton per hektare.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, rata-rata produktivitas tanaman kentang nasional adalah 18,71 ton/ha.

“Artinya rekomendasi pemupukan Petrokimia Gresik mampu meningkatkan produktivitas tanaman kentang di atas rata-rata nasional,” ujar Rahmad.

Adapun keunggulan NPK Phonska Plus adalah adanya kandungan mineral Zinc, yaitu unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk ini semakin relevan mengingat kandungan Zinc pada lahan pertanian di Indonesia sudah sangat berkurang. Kandungan Zinc inilah yang membedakan NPK Phonska Plus dengan NPK Phonska bersubsidi.

Lebih lanjut Rahmad menyebutkan bahwa kentang adalah salah satu tanaman hortikultura strategis nasional, bahkan bisa diekspor. Berdasarkan data BPS, panen kentang nasional pada tahun 2018 mencapai 1,28 juta ton dari luas panen 68.683 ha. Produktivitas kentang berada di urutan keempat nasional untuk komoditas sayuran, setelah bawang merah, kubis, dan cabai rawit.

Rahmad menegaskan bahwa untuk menjaga dan bahkan meningkatkan produktivitas kentang secara nasional, maka diperlukan pasokan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan. Karena kentang merupakan bahan baku untuk industri makanan, seperti kentang goreng, keripik, dan berbagai produk olahan kentang lainnya.

“Kami berharap pola pemupukan pada demplot ini dapat ditiru oleh para petani kentang setempat lainnya,” ujarnya.

Petrokimia Gresik saat ini, lanjut Rahmad, sedang menjalankan program transformasi bisnis yang salah satu upayanya adalah meningkatkan penjualan pupuk komersial. Karena asa dari Petrokimia Gresik saat ini adalah memberikan solusi bagi agroindustri, yaitu industri yang produknya menggunakan bahan baku dari hasil pertanian.

“Dengan menggunakan pupuk yang berkualitas, maka sektor agroindustri tersebut bisa mendapat input atau bahan baku berkualitas untuk industrinya,” ujar Rahmad.

Sebagai perusahaan solusi agroindustri, Petrokimia Gresik tidak sekadar memberikan pengawalan pemupukan saja, namun melalui anak perusahaan (PT Petrokimia Kayaku) juga memberikan pengawalan terhadap potensi atau risiko serangan hama.

“Sehingga pengawalan dari Petrokimia Gresik group ini lengkap, mulai dari pemupukan hingga pengendalian hama,” tambah Rahmad.

Untuk tahap awal di tahun 2020 ini Petrokimia Gresik memilih Jawa Barat untuk demplot kentang. Karena Jawa Barat adalah penghasil kentang terbesar ketiga, setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan total produksi mencapai 265.537 ton. Selanjutnya, demplot akan dilakukan di beberapa daerah sentra hortikultura lainnya di tanah air.

“Sekali lagi, kami siap memberikan pengawalan pemupukan dan pengendalian hama untuk petani yang menanam kentang. Harapannya, agar sektor agroindustri mendapat input berkualitas dalam proses industrinya,” tutup Rahmad.
(HmsPG).

Editor: AAdib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *