Menteri Yang Rajin Umumkan Harga Cabai Kriting

Innalillahi wa innailaihi rojiun. Partai Golkar kehilangan kembali putra terbaiknya, Harmoko bin Asmoprawiro yang berpulang pada hari Minggu 4 Juli, pukul 20:22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto. “Semoga husnul khotimah,”ungkap Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) di Jakarta, Minggu ,(4/6/21) malam.

Sepanjang yang di Bamsoet, Harmoko sudah sakit sejak beberapa tahun lalu. Namun semangat hidupnya luar biasa. Masih kerap rajin hadir di acara-acara besar Golkar walaupun harus duduk di atas kursi roda.

Harmoko adalah politikus senior, guru sekaligus panutan banyak kader partai Golkar. Dia pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia pada masa Orde Baru.

Ia juga pernah menjadi Ketua MPR pada masa pemerintahan Presiden B.J Habibie. Perjalanan hidupnya luar biasa. Di eranyalah harga-harga kebutuhan pokok rakyat terkendali karena kerap diumumkan.

Bahkan setiap hari tidak pernah terlewatkan, Harmoko muncul di televisi mengumumkan harga-harga kebutuhan pokok rakyat seperti harga cabe keriting dan lain-lain untuk mencegah para spekulan bermain.

Harmoko lahir di Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939.

“Jujur, kami semua merasa kehilangan. Inilah sepak terjang terjang sepanjang karirnya,”ujar dia.

Sebagai wartawan, Harmoko tidak cuma dikenal sebagai pendiri Harian Pos Kota yang legendaris hingga sekarang, juga pernah memimpin PWI Pusat. Sejak memimpin satu-satunya organisasi wartawan di era Orde Baru itulah pada 1983 dia didapuk Soeharto menjadi Menteri Penerangan selama tiga periode.

Pada 1993, Soeharto juga mempercayai Harmoko memimpin Golkar. Dia tokoh sipil pertama yang menakhodai partai berlambang pohon beringin itu. Enam ketua umum sebelumnya, Suprapto Sukowati, Amir Moetono, Sudharmono, dan Wahono berlatar tentara.

Lewat program “Temu Kader” ke berbagai daerah Nusantara, Harmoko membuktikan bahwa dirinya tak kalah dengan para jenderal. Buktinya pada Pemilu 1997 Golkar mendapat 74,51 persen suara. Meningkat sekitar 6 persen dari Pemilu 1992, sebesar 68,10 persen. Itu rekor prestasi yang hingga kini belum terpecahkan.(d/2).

Editor: A Adib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *