Sepenggal Fakta Dari Kuala Lumpur Malaysia

Suasana keberkahan di bulan Ramadhan yang suci ini mengantarkan saya Kamis 31 Mei 2018  hingga Sabtu 2 Juni 2018 di Negara Islam Malaysia. Khususnya di Kuala Lumpur dalam suasana Ramadhan yang kental .

Saya diundang dan dibiayai sepenuhnya  oleh badan PBB UNDP badan yang mengelola pembangunan negara negara di dunia, mewakili Bojonegoro bahkan Jawa Timur untuk hadir pada pertemuan atau seminar berkaitan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan

Dari bandara Internasional Kuala Lumpur saya dijemput panitia dari UNDP dan tampak dijalan jalan yang tidak ada pedagang kaki limanya. Billboard ucapan selamat atas kemenangan Perdana Menteri Malaysia yang baru Mahatir Muhammad juga nampak rapi sepanjang jalan.

Kondisi jalanan normal tidak padat dan tidak macet disertai kendaraan yang berjalan rapi dari Bandara menuju lokasi acara  di jantung kota Kuala Lumpur ibu kota Malaysia yaitu di  Kuala Lumpur Convention Center , Petronas Twin Tower, Sebuah gedung yang sangat megah dan menjadi ikon Malaysia.

Sesampai di dalam ruangan saya kemudian dipersilahkan istirahat karena suasana Ramadhan dan Malysia merupakan salah satu negara beridiologi Islam , maka tidak ada jamuan.

Sesaat kemudian kami dipersilahkan masuk dan tepat waktu acara dimulai, setelah acara pembukaan maka kemudian dimulailah acara diskusi atau lebih tepatnya bercerita menurut saya

SDGS Diratifikasi
Intinya Pembangunan berkelanjutan atau yang dikenal sebagai tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yang diratifikasi oleh sebagian besar negara di dunia pada 2015.

Sudah  menjadi kesepakatan dan dideklarasikan  antara komponen pemerintah, rakyat (komunitas), akademisi dan pengusaha di  Kabupaten Bojonegoro sejak 2016, telah menjadi perhatian luas di Indonesia. 

Dengan seringkalinya Bojonegoro diundang menjadi narasumber terkait di forum seminar ilmiah terkait di  beberapa daerah)  juga menjadi perhatian Internasional seperti perti pada saat ini di  forum yang digelar di Kuala Lumpur ( Malaysia) 1 dan 2 Juni 2018 dengan tema diskusi utama yaitu SDGs  dihubungkan Ekonomi Inklusif, sesuai tujuan SDGs No8. Pertumbuhan Ekonomi Inklusif

Ekonomi Inklusif  adalah pembangunan yang tidak semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi akan tetapi yang dapat menekan kemiskinan sehingga tercipta ketimpangan sosial ekonomi masyarakat yang rendah.

Dari hasil BPS menunjukkan bahwa jumlah persentase penduduk miskin Bojonegoro 2017 sebesar 0,34 % yaitu diluar 10 besar kabupaten/kota termiskin di Jawa Timur dan  Indeks Gini  ( ketimpangan ) Bojonegoro tahun 2017 adalah 0,30 atau jauh dibawah angka nasional 0,41.

Hal ini menunujukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bojonegoro bersama rakyat, akademisi  dan pengusaha berhasil melaksanakan pembangunan ekonomi inklusif ini dengan baik.

Dari sektor riil dengan adanya berbagai insentif investasi maka beberapa industri menanamkan modalnya di Bojonegoro seperti : perhotelan, air mineral, industri alas kaki ( sepatu), minuman kesehatan, hiburan /taman bermain/agrowisata dismaing indutri kreatif.

Dirintis  selama 10 tahun ini seperti industri mebel, souvenir dan makanan ringan termasuk industri pariwisata ilmiah seperti dikukuhkannya Bojonegoro sebagai kawasan Geopark Nasional dan bersiap menjadi Internasional jika dikukuhkan Unesco kelak

Diskusi ini berjalan menarik karena peserta  sangat banyak memberi pertanyaan, sayapun mencoba menyampaikan sejelas-jelasnya, apalagi kita tahu bersama, SDGs ini masih merupakan hal yang relatif baru, dan masih dicari pola implementasi yang paling tepat

Acara diskusi ini disela dengan sholat Jumat, peserta dipersilahkan memilih sholat di Masjid Negara atau di masjid Jameek yang merupakan masjid bersejarah dengan arsitektur melayu tradisional.

Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi bersama peserta lain, hingga menjelang waktu berbuka , setelah itu dilakukan sholat Magrib berjamaah dan dilanjutkan dengan menunggu waktu Isya dan Tharawih.

Menyusul setelah itu kembali ke ruang pertemuan dan dilakukan sesi penutupan selanjutnya hari ini 2 Juni 2018,dilaksanakan acara bebas untuk lebih mengenal Kuala Lumpur.

Kuala Lumpur sebagai potret pembangunan Malaysia yang pesat  lengkap dengan keunikan wisata dan budayanya dan tempat banyak saudara kita para tenaga kerja Indonesia (TKI) mencari nafkah dan banyak juga mahasiswa asal Indonesia yang menuntut ilmu disini

Demikianlah sekilas cerita atas kegiatan UNDP di Kuala Lumpur Malaysia, selanjutnya sore hari 2 Juni 2018 ini , saya kembali  menuju tanah Air tercinta Indonesia  dan pulang ke Bojonegoro dengan perasaan bangga menjadi rakyat Bojonegoro (RJ). (*)

Rahmat Junaidi ( Kabag Perekonomian  Pemkab Bojonegoro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *