Rupiah Melemah dan ”Kesesatan” Berfikir Pemerintah

JakartaDetakpos-Banyak pihak mengatakan jika rupiah melemah, dolar AS naik, artinya Indonesia tamat. Bisa jadi benar, bisa juga salah.

Salah satu faktor penguat dolar AS di valuta asing adalah imbas dari devaluasi mata uang China, Yuan. Akibat dari devaluasi ini, nilai Yuan ja8di menurun di pasaran global. 

Turunnya yuan tersebut mau tidak mau membuat China harus bekerja ekstra untuk mengimbangi peningkatan ekspansi pasar globalnya ke seluruh dunia, salah satunya adalah Indonesia.

Sebagai negara yang memiliki populasi tinggi, Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan bagi China, sehingga ekspansi pasar china ini akan menutup pasar lokal Indonesia, karena China akan mengisi Indonesia oleh produk mereka yang murah dan melimpah ruah. 

Oleh karena itu, sebagai tuan rumah di saat ekonomi melemah karena lemahnya rupiah terhadap dolar AS, Pemerintah Indonesia harus meningkatkan eksport perekonomian industri lokal dan ekonomi kreatif.

ALASKA (Aliansi Lembaga Analisis Kebijakan Anggaran) yang terdiri dari Lembaga Kaki Publik (Lembaga Kebijakan Anggaran dan Informasi Publik) bersama Lembaga CBA (Lembaga Center for Budget Analysist) menilai, dengan meningkatkan eksport produk industri lokal dan pengembangan industri kreatif di saat dolar AS menguat, ekonomi Indonesia akan menguat, dan masyarakat akan merasakan keuntungan tersebut secara langsung. Peningkatan produksi industri lokal dan industri kreatif Indonesia akan memperkenalkan produk produk yang siap untuk dipasarkan di pasar global sebagai penyeimbang gencarnya produk-produk China yang masuk ke Indonesia.Selain itu, melemahnya rupiah di Indonesia akan lebih mengkhawatirkan pasar lokal Indonesia yang membutuhkan bahan dasar produksi industri dari hasil import. Dengan gencarnya ekspansi pasar china, dan ditengah ketidakpastian dolar atas yuan, melemahnya rupiah di dalam negeri Indonesia mengakibatkan tingginya harga di sektor pasar import seperti pasar pangan, ponsel, gadget, dll sehingga harga pasar bergejolak tidak terkontrol. Selain itu, industri-industri di Indonesia yang membutuhkan bahan baku import menjadi lemah, karena biaya produksi meningkat. Akan beda cerita apabila Indonesia memperkuat nilai ekonomi melalui sektor eksport barang jadi industri lokal  dan ekonomi kreatif. dengan eksport produk industri lokal dan industri kreatif, jelas Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang besar. Apabila kenaikan dolar beranjak di angka Rp.100,- dalam satu bulan misalnya, tapi dalam waktu sebulan tersebut angka produksi bisa ditingkatkan, maka keuntungan sektor industri lokal dan industri kreatif pun menjadi keuntungan yang besar.Tapi kenyataanya, Alaska menilai Indonesia masih dalam angka yang rendah dalam kegiatan eksport produk industri lokal dan industri kreatif. Sehingga, melemahnya rupiah tidak bisa meningkatkan ekonomi di Indonesia, tetapi lebih cenderung mengkhawatirkan, karena melemahnya rupiah akan di ikuti dengan melemahnya produksi industri yang membutuhkan bahan baku import, sehingga industri-industri tersebut terancam gulung tikar.

Di sisi lain, anggapan bahwa lemahnya rupiah menguntungkan bagi ekonomi dalam negeri, dan industri lokal berjaya di negeri sendiri ini harusnya sudah mulai dirubah.

”Karena anggapan itu kami nilai sebagai Penyesatan berfikir,” kata Adri Zulpianto, Koordkinator ALASKA, Minggu (1/7).

Kesesatan berfikir ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak mampu meningkatkan pasar industri lokal dan industri kreatif di Indonesia, sehingga pemerintah seperti membiarkan Dollar naik, kemudian pasar di Indonesia dipenuhi oleh produk-produk import dan menenggelamkan pasar lokal Indonesia di kancah dunia.

Sehingga hasil industri lokal tidak diberikan kesempatan untuk muncul dan siap bersaing di kancah internasional.

Anggapan Melemahnya rupiah sebagai kejayaan industri lokal di negeri sendiri ini cenderung menjadikan industri-industri lokal menjadi terlena serta meningkatkan tingkah laku konsumtif masyarakat terhadap produk-produk import.

Sehingga industri lokal tidak mampu mengekspor hasil produksinya ke negara-negara lain, karena dipaksa untuk bangga dengan hasil penjualan di dalam negeri yang sebetulnya tidak begitu menguntungkan bila disandingkan dengan maraknya ekspansi produk China di pasar lokal Indonesia.

Oleh karena itu, menurut Adri Zulpianto pemerintah harus menekan angka ekspor melalui industri lokal dan industri kreatif dengan meningkatkan hasil produksi yang siap bersaing, sehingga produksi eksport barang Indonesia tidak lagi tertumpu pada ekspor bahan mentah yang nilainya lebih murah dibandingkan barang jadi dan siap pakai.(dib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *