Perlu Tanam Budaya Sadar Bencana pada Anak-anak

Jakarta-DetakposMenteri Sosial Idrus Marham bergegas menghampiri tenda bermain anak-anak, sesaat tiba di lokasi pengungsian korban gempa di Desa Kuta, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (27/1).

Ia mendekat pada kerumunan bocah yang berebut mengulurkan tangan kanannya bersalaman dengan sang Menteri. Idrus pun melayani mereka satu persatu.

“Anak-anak sudah makan semua? Hari ini tetap masuk sekolah kan?,” sapa Mensos seraya mengusap kepala seorang bocah laki-laki berusia sekira 10 tahun. Bocah berseragam kaos olahraga  berlengan panjang itu mengangguk seraya meraih dan menempelkan punggung tangan Idrus di keningnya.

Selama beberapa menit Mensos berdialog dengan anak-anak. Ia menanyakan tentang kondisi bangunan sekolah mereka setelah terjadi gempa, juga tentang keberlangsungan kegiatan belajar di sekolah.

Mensos kemudian beranjak menuju lokasi penyerahan bantuan kepada warga terdampak gempa.”Anak-anak adalah salah satu kelompok rentan dalam sebuah bencana. Oleh karena itu segera setelah terjadi bencana saya minta Tim Layanan Dukungan Psikososial Kemensos memberikan trauma healing kepada anak-anak,” tutur Idrus serius.

Mensos menyebutkan layanan dukungan psikososial merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan dalam penanganan bencana. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Dalam pasal 25 dijelaskan bahwa pemenuhan hak dasar bagi korban bencana adalah pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi, sandang, pangan, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial dan penampungan serta tempat hunian.

“Saya juga tekankan bahwa dalam proses pemberian layanan psikososial anak-anak harus diajarkan pula tentang pengetahuan dan keterampilan dasar dalam menghadapi bencana,” katanya.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat 386 kabupaten/kota di zona bahaya gempa bumi sedang hingga tinggi. Terdapat 233 kabupaten/kota di rawan tsunami, 75 kabupaten/kota terancam erupsi gunung api. Kemudian sebanyak 315 kabupaten/kota di daerah bahaya sedang-tinggi banjir, dan 274 kabupaten/kota daerah bahaya sedang-tinggi bencana longsor.

Oleh karena itu, lanjut Mensos, sebagai nergara yang rawan bencana, masyarakat harus tangguh dalam menghadapi bencana. “Dan untuk mendorong masyarakat sadar bencana, harus ditanamkan sejak dini,” tegasnya.

Sementara itu beberapa anak di pengungsian di Desa Kuta, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dalam pengakuannya kepada tim psikososial Kemensos mengalami rasa takut berada di dalam rumah.

Saat ditanya mengenai kronologi kejadian, tiba-tiba mereka menunduk terdiam dan mata berkaca-kaca. Alfiyah (10) misalnya, siswi SDN Sukagalih 3, Megamendung, Bogor ini masih sering teringat kejadian gempa.

Ia mengaku pada saat kejadian berada di depan rumah, bermain bersama teman sebayanya. Tiba-tiba ibu dan ayahnya berlari ke luar rumah dan memeluknya erat.

“Saya bingung melihat orang-orang berteriak dan lari meninggalkan rumah. Saya sempat melihat motor bapak di dalam rumah terguling. Saya takut sekali,” ujar bocah berkerudung ini.(d2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *